Search for collections on UNIDA Gontor Repository

Kritik Epistimologi dan Model Pembacaan Kontemporer

Sujiat Zubaidi, Sujiat and Muslih, Mohammad (2018) Kritik Epistimologi dan Model Pembacaan Kontemporer. Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta. ISBN 978-979-5670-40-7

[img] Text (Reviewer)
Reviewer 1 Kritik Epistimologi dan Model Pembacaan Kontemporer.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (1MB)
[img] Text (Buku)
4. Kritik Epistimologi dan Model Pembacaan Kontemporer.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (1MB)
[img] Text (Sertifikat HKI)
2. Sertifikat_EC00201702275.pdf - Published Version

Download (192kB)

Abstract

Jika ide pembaharuan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla disebut sebagai awal modernisasi dalam pemikiran Islam, maka proses modernisasi itu sudah berjalan tidak kurang dari dua abad lamanya. Dan, jika proses modernisasi itu dikatakan berhasil, maka mestinya sudah cukup waktu dan bukti bahwa ide pembaharuan itu terintegrasi dalam kesadaran umat Islam. Namun, apa yang terjadi pada umat Islam, termasuk di Indonesia, selama ini tradisi selalu dilihat dengan kacamata tradisi sebagaimana yang terjadi pada kaum tradisional (salafiyah) di satu sisi atau tradisi selalu dilihat dengan kacamata modernitas sebagaimana yang dilakukan kaum reformis pada sisi yang lain. Makanya kaum tradisional selalu berada pada posisinya yang tradisional itu. Mulai tradisi intelektualisme yang dikembangkan, model dan corak pendidikan, sampai keberagamaan mereka tidak pernah terpegaruh oleh hiruk-pikuknya pembaharuan. Ide-ide pembaharuan lebih dipandang sebagai tantangan yang perlu diwaspadai dari pada untuk diterima. Ini terjadi pada sebagian besar muslim Indonesia, bahkan juga, yang terjadi pada umat ini. Kondisi seperti ini tentu menggelisahkan kaum reformis. Mereka melihat ada ‘penyakit’ yang menjangkiti umat Islam ini. Maka kemudian ada yang mengobatinya dengan rasionalisasi, purifikasi, [neo]modernisasi, bahkan sekularisasi. Sampai saat ini, dua abad sudah masa modernisasi di dunia ArabIslam, dan kurang lebih satu abad modernisasi (pemikiran) Islam di vi Kritik Epistemologi & Model Pembacaan Kontemporer Indonesia, nalar tradisi masih tetaplah tradisional, sementara upaya modernisasi, termasuk dengan para reformisnya tak henti-hentinya menuai kritik, terutama dari kalangan muda-menengah. Maka, di sinilah barangkali ada benarnya juga sebagian pengamat yang mengatakan, modernisasi Islam itu sebenarnya tidak berhasil. Atau, kalau tetap dikatakan berhasil, kenyataannya memang masih bersifat elitis. Meminjam kalimat Hasan Hanafi, umat Islam umumnya lebih merasa at home dengan tradisi ketimbang modernitas, karena tradisi telah menyatu dalam kesadaran sejak empat belas abad lalu, sementara modernitas baru datang tidak lebih dari dua ratus tahun lalu. Artinya, jika dapat diilustrasikan dalam sebuah gambar maka seperti segitiga sama sisi yang dipotong garis di tengah; bagian atas, yakni bagian kecil adalah gambaran Islam modernis yang sudah relatif maju, sedang bagian bawah atau bagian terbesar, menunjukkan kondisi tradisional. Kalangan muda-menengah sebagaimana disebut itu, dapat saja lahir dari kelompok reformis, tetapi umumnya dari kelompok tradisionalis yang merasakan adanya anomali bahkan krisis dalam pola pikirnya, bahkan barangkali pola keberagamaannya, namun ada juga yang sejak semula melihat apapun upaya modernisasi itu harus ditolak karena laisa minna. Selanjutnya perkembangan pemikiran Islam mengalami episode yang sama sekali baru yakni saat terjadi peperangan 6 hari, yang berakhir dengan kekalahan Arab oleh Israel pada Juni 1967. Tampaknya peristiwa itu merupakan tonggak bagi lahirnya suatu kesadaran baru: “limadza taakhkharal muslimun wa taqaddama ghairuhum”? Autokritik itu berlanjut, sebenarnya ada apa dengan tradisi kita dan ada apa dengan modernitas, bagaimana semestinya memperlakukan keduanya? Sejak saat itu, isu “tradisi dan modernitas” (al-turâts wa al-hadâtsah) menjadi isu tersanter dalam pemikiran Arab kontemporer. Apakah tradisi harus dilihat dengan kacamata modernitas ataukah modernitas harus dilihat dengan kacamata tradisi atau bisakah keduanya dipadukan? vii Kata Pengantar Menjawab persoalan mendasar itu, berkembang varian-varian pemikiran keislaman baru, yang kemudian dikenal dengan pemikiran Islam kontemporer. Sejumlah pemikir lahir dan menawarkan gagasan mereka, seperti Abied al-Jabiri, Arkoun, Syahrur, Hasan Hanafi, dll. Umumnya mereka melihat bahwa bangunan episteme, ‘aqal, atau sistem pengetahuan yang menjadi basis tumbuh-kembangnya ilmu pengetahuan dan juga tradisi (turâts) mesti dibaca dengan cara yang baru. Demikian juga dengan modernitas (hadâtsah). Keduanya harus bisa dibaca secara kreatif, dengan ‘model’ pembacaan kontemporer (qira’ah mu’ashirah). Turâts tidak hanya dibaca secara harfiah tetapi sampai pada basis pembentuknya untuk menemukan makna potensial sehingga bisa ditransformasikan di zaman kita. Tidak sebagaimana perpektif modernisme, apa saja yang datang dari Barat diterima tanpa kritik, bahkan dianggap pasti baik dan benar. Dalam pembacaan kontemporer, hadâtsah juga harus dibaca secara kritis, dengan kritik, dengan mengambil jarak, juga untuk membongkar basis filosofis dan ideologisnya. Di sinilah peran oksidentalisme sebagai perspektif. Setelah keduanya dibaca secara kritis-kreatif, lalu terbangun konstruksi pemaknaan yang baru. Model pembacaan seperti inilah yang disebut dekonstruksi-rekonstruksi, khas pemikiran kontemporer. Semua ini bisa dilakukan, tentu diawali dengan asumsi bahwa baik turâts maupun hadâtsah sama-sama bersifat historis, juga satu hal yang tidak lazim di masa-masa sebelumnya. Mengambil sebagian aspek paling krusial dari wacana pemikiran Islam kontemporer, buku ini hadir untuk melibati diskursusnya. Disebut demikian, karena buku ini tidak hanya menyajikan pembahasan mengenai “Kritik Epistemologi” yang merupakan grand proyek pemikiran Islam Kontemporer, tetapi juga membahas “Model Pembacaan Kontemporer” sebagai cara baca baru. Secara umum, buku ini terbagi ke dalam tiga pembahasan utama, yaitu bagian pertama “Kritik Epistemologi dan Pembangunan Tradisi Ilmiah. Pada bagian viii Kritik Epistemologi & Model Pembacaan Kontemporer ini, disajikan 5 artikel pilihan, dimulai dengan pembahasan tentang signifikansi dan peran filsafat ilmu dalam aktivitas ilmiah, dilanjutkan dengan penelusuran terhadap basis epistemologi keilmuan Islam, terutama studi al-Qur’an, filsafat ketuhanan, baik yang bercorak manthiqiy maupun yang bercorak intuitif. Bagian kedua membahas “Wacana Pemikiran Islam Kontemporer”. Pembahasan ini mengajak pembaca untuk memasuki diskursus pemikiran Islam kontemporer, baik sebagai mode pemikiran (mode of thought) maupun sebagai model pembacaan (qira’ah mu’ashirah). Bagian kedua ini juga dilengkapi dengan kajian dan sekaligus pembacaan terhadap wacana gender equality, wacana masyarakat madani, dan model kritik epistemologi ilmu fiqh oleh Khaled Abou al-Fadl, sebagai varian wacana keislaman yang berkembang di era kontemporer ini. Sementara bagian ketiga, mengupas persoalan “Etika dan Problem Pamaknaan”. Diawali dengan pembahasan mengenai perspektif etika dalam studi filsafat, dilanjutkan refleksi terhadap makna peristiwa hijrah, peran ke-diri-an manusia dalam menggapai kemulyaan dan keadilan Ilahi; yang bisa dikatakan sebagai aplikasi etika dalam kehidupan ini. Dengan selesainya penulisan buku ini, secara khusus kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak KH. Kafrawi Ridwan, MA, Rektor ISID Gontor, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada kami untuk mengembangkan Jurnal Tsaqafah, sebagai jurnal ilmiah terakreditasi, di mana beberapa artikel terpilih disajikan dalam buku sederhana ini. Dan, patut disyukuri bahwa dengan pengembangan jurnal ilmiah ini tampaknya telah turut mendorong bagi terbangunnya tradisi ilmiah di lingkungan ISID Gontor, yang ditunjukkan dengan dinamika dan produktivitas ilmiah para dosen dan mahasiswa, baik dalam penyelenggraan seminar, diskusi berkala, penulisan buku, artikel ilmiah dan populer, maupun penerbitan jurnal fakultas dan prodi. Ucapan terima kasih juga kami ix Kata Pengantar sampaikan ke semua Wakil Rektor ISID Gontor, juga kepada Ketua Lemlit atas segala bantuan dan supportnya, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi terselesikannya buku ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat diterima oleh masyarakat, sebagai upaya memberikan sumbangan pemikiran untuk menjawab persoalan keislaman terutama di era kontemporer ini. Tak lupa, kritik dan saran dari segenap pembaca selalu penulis harapkan, agar dicapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi lagi. Semoga Allah berkenan meridlai langkah ini.

Item Type: Book
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
Divisions: Faculty of Medicine, Health and Life Sciences > School of Psychology
Depositing User: Sujiat Zubaidi Saleh
Date Deposited: 05 Mar 2020 04:50
Last Modified: 05 Mar 2020 06:41
URI: http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/153

Actions (login required)

View Item View Item