Search for collections on UNIDA Gontor Repository

Theology and Epistemology: The Study of Kasyaf (‘Ilm Kasyaf) in al-Ghazali’s Thought

Khasanah, Neneng Uswatun (2020) Theology and Epistemology: The Study of Kasyaf (‘Ilm Kasyaf) in al-Ghazali’s Thought. Tsaqafah, 16 (2). pp. 343-366. ISSN 1411-0334

[img] Text (Theology and Epistemology: The Study of Kasyaf (‘Ilm Kasyaf) in al-Ghazali’s Thought)
3. Epistemologi dan Teologi dalam Pemikiran al-Ghazali.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (588kB)
[img] Text (Cek Plagiarisme)
3. Epistemologi dan Teologi dalam Pemikiran al-Ghazali.pdf.pdf

Download (647kB)

Abstract

Artikel ini mengkaji hubungan teologi dan epistemologi dengan melihat dari perspektif ilmu mukâsyafah dalam pemikiran imam al-Ghazali. Sudut pandang ilmu mukâsyafah atau kasyfi diambil dalam kajian ini karena berangkat dari pandangan mendasar al-Ghazali bahwa ilmu ini merupakan puncak ilmu pengetahuan. Kajian dalam artikel ini menggunakan analisis deskriptif dan pendekatan filosofis. Dari hasil analisis ditemukan bahwa bangunan epistemologi al-Ghazali itu puncaknya adalah pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah) yang disebut mukâsyafah. Sehingga pada level mukâsyafah ini, ilmuan berada pada level pemikiran tertinggi dalam metafisikanya. Ajaran-ajaran al-Ghazali bertujuan menarik kepada pemikiran tertinggi ini sebagai tujuan akhirnya. Hal itu dilihat dari dua fase epistemologi al-Ghazali; ilmu mu’âmalah dan ilmu mukâsyafah, dimana fase mu’âmalah itu epistemologi yang belum sempurna. Fase mu’âmalah melibatkan ilmu rasional-empirik, kemudian dilanjutkan dengan fase mukâsyafah yaitu proses intuitif sehingga sampai mencapai hakikat sejati. Dari aspek teologi, al-Ghazali berpendapat bahwa tauhid ilmuan yang sampai pada level mukâsyafah disebut muqarrabûn. Mereka merupakan para wali Allah SWT yang mendapatkan pengetahuan tentang realitas alam ini secara langsung dan illuminatif. Ilmuan muqarrabûn melihat alam tidak seperti orang biasa (awam). Ia mendapatkan penemuan-penemuan pada tiga aspek, penemuan hal (perasaan), penemuan kognitif (ilmu) dan penemuan tertinggi yaitu penemuan berupa pengintuisian terhadap kewujudan. Pada penemuan kognitif ini kasyf dapat difungsikan sebuah sebuah metode pengetahuan. Kasyfi yang artinya ketersingkapan memiliki dua level utama; pertama penemuan rasional-empirik dan kedua penemuan metafisik. Penemuan ini dibimbing oleh Tuhan. Maka, sains berbasis tauhid itu perlu dikembangan dengan metodologi ini. Bahwa sains berbasis tauhid berdasarkan epistemologi tasawuf al-Ghazali ini relevan untuk dikembangkan sekarang, yaitu sains yang berdasarkan the worldview of Islam yang tujuan puncak sains itu adalah adab kepada Allah SWT.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Epistemologi, Teologi, Mukâsyafah, Intuisi, Marifatullah, Sains.
Subjects: K Law > K Law (General)
Divisions: Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor > Aqidah Filsafat Islam
Depositing User: PAK Fakultas Ushuluddin
Date Deposited: 20 Feb 2023 04:29
Last Modified: 20 Feb 2023 04:29
URI: http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/2068

Actions (login required)

View Item View Item