Syamsuddin, Arif (2020) Teologi dan Epistemologi Kajian tentang Ilmu. TSAQAFAH, 16 (2). pp. 344-366. ISSN 1411-0334
FILE TEXT (Teologi dan Epistemologi Kajian tentang Ilmu)
14 Teologi dan Epistemologi Kajian tentang Ilmu.pdf - Published Version License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (588kB) |
|
FILE TEXT (Cek Plagiarsm)
Plagarsm 14.pdf License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (4MB) |
|
FILE TEXT (Riviewer)
Reviewer 14.pdf License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB) |
Abstract
Artikel ini mengkaji hubungan teologi dan epistemologi dengan melihat dari perspektif ilmu mukâsyafah dalam pemikiran imam al-Ghazali. Sudut pandang ilmu mukâsyafah atau kasyfi diambil dalam kajian ini karena berangkat dari pandangan mendasar al-Ghazali bahwa ilmu ini merupakan puncak ilmu pengetahuan. Kajian dalam artikel ini menggunakan analisis deskriptif dan pendekatan filosofis. Dari hasil analisis ditemukan bahwa bangunan epistemologi al-Ghazali itu puncaknya adalah pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah) yang disebut mukâsyafah. Sehingga pada level mukâsyafah ini, ilmuan berada pada level pemikiran tertinggi dalam metafisikanya. Ajaran-ajaran al-Ghazali bertujuan menarik kepada pemikiran tertinggi ini sebagai tujuan akhirnya. Hal itu dilihat dari dua fase epistemologi al-Ghazali; ilmu mu’âmalah dan ilmu mukâsyafah, dimana fase mu’âmalah itu epistemologi yang belum sempurna. Fase mu’âmalah melibatkan ilmu rasional-empirik, kemudian dilanjutkan dengan fase mukâsyafah yaitu proses intuitif sehingga sampai mencapai hakikat sejati. Dari aspek teologi, al-Ghazali berpendapat bahwa tauhid ilmuan yang sampai pada level mukâsyafah disebut muqarrabûn. Mereka merupakan para wali Allah SWT yang mendapatkan pengetahuan tentang realitas alam ini secara langsung dan illuminatif. Ilmuan muqarrabûn melihat alam tidak seperti orang biasa (awam). Ia mendapatkan penemuan-penemuan pada tiga aspek, penemuan hal (perasaan), penemuan kognitif (ilmu) dan penemuan tertinggi yaitu penemuan berupa pengintuisian terhadap kewujudan. Pada penemuan kognitif ini kasyf dapat difungsikan sebuah sebuah metode pengetahuan. Kasyfi yang artinya ketersingkapan memiliki dua level utama; pertama penemuan rasional-empirik dan kedua penemuan metafisik. Penemuan ini dibimbing oleh Tuhan. Maka, sains berbasis tauhid itu perlu dikembangan dengan metodologi ini. Bahwa sains berbasis tauhid berdasarkan epistemologi tasawuf al-Ghazali ini relevan untuk dikembangkan sekarang, yaitu sains yang berdasarkan the worldview of Islam yang tujuan puncak sains itu adalah adab kepada Allah SWT.
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Epistemology, Theology, Mukâsyafah, Intuition, Marifatullah, Science. |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) |
Divisions: | Pascasarjana Doktoral UNIDA Gontor > Doktoral Aqidah dan Filsafat Islam |
Depositing User: | PAK Pasca Sarjana AFI S3 |
Date Deposited: | 01 Sep 2022 05:58 |
Last Modified: | 01 Sep 2022 05:58 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/1667 |
Statistics Downloads of this Document
View Item |