Mohammad, Muslih (2024) Menuju Teologi Sains The New Philosophy of Science. Laksbang Akademika.
FILE TEXT (Menuju Teologi Sains The New Philosophy of Science)
Buku Menuju Teologi Sains_protected.pdf License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB) |
|
FILE TEXT (plagiarism)
Buku Menuju Teologi Sains.pdf_protected.pdf License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
|
FILE TEXT (Riviewer)
Riviewer Menuju Teologi Sains Fiks.pdf License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (2MB) |
Abstract
Pengembangan sains berbasis agama, ternyata bukan hanya merupakan problem keilmuan semata, tetapi sekaligus merupakan problem kemasyarakatan dan keislaman. Sehingga persoalannya bukan hanya terkaitupaya menemukan basis filsafat ilmu dan dukungan metodologi, tetapi juga upaya melakukan rekonstruksi pola pikir masyarakat dan pemahaman keislaman. Beberapa konsep kunci keislaman, yang mestinya merupakan "tempat" yang subur bagi pengembangan sains, namun kenyataannya banyak dimengerti sebagai penghambat, kalau tidak malah sebagai penghalang bagi tumbuh-kembangnya sains dalam Islam. Penyelesaian secara mendasar terhadap problem tersebut mendesak untuk segera diberikan, untuk menemukan kemungkinan irisan dan area negosiasi dengan sains, agar upaya besar pengembangan sains Islam dapat landing dengan landai. Program pengembangan ilmu pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam [PTKI] baik negeri maupun swasta, semakin memastikan bahwa sains yang bersatupadu dengan agama bukan hanya sekedar diwacanakan. Pertemuan keduanya sudah terjadi dan sudah melahirkan satu bentuk sains dengan corak dan nuansa yang baru, yaitu corak dan nuansa keislaman. Sains yang sudah dengan corak dan nuansa keislaman inilah yang disebut Sains Islam, baik dalam pengertiannya sebagai aktivitas ilmiah maupun sebagai produk ilmiah, yang secara "hard ware" berupa karya buku, artikel, dan hasil penelitian, dan secara "soft ware" berupa konsep, teori, dan metodologi Pemikiran Imre Lakatos tentang "Metodologi Program Riset", yang telah berhasil mempertemukan prinsip falsifikasi Popperian dan paradigma Kuhnian, sekaligus membuat dua prinsip itu menjadi fungsional sebagai metodologi pengembangan ilmu. Upaya Lakatos itu nyatanya telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan Filsafat Ilmu, karena tidak saja menegaskan bahwa pengembangan ilmu itu mesti dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan, tetapi bahkan ia sekaligus menawarkan dukungan metodologisnya. Lebih dari itu, tawaran Lakatos juga menyediakan asumsi "tak terbantahkan" yang ia sebut dengan "the hard core" sebagai bagian tak terpisahkan dalam "scientific building". Keberadaan dan posisi the hard core ini yang memungkinkan sains Islam, sebagai sains yang berbasis agama, bukan hanya mungkin untuk dikembangkan, tetapi juga telah menemukan basis metodologinya. Filsafat ilmu Imre Lakatos dengan 'metodologi program riset' telah dapat membantu untuk membaca bahwa sains dengan sifatnya yang logis, empiris, rasional, dan faktual telah dapat diletakkan dalam konteks budaya yang kompleks dan manusiawi, bahkan dapat dengan landai didudukkan pada konteks agama yang normatif dan teologis. Jika selama ini konteks budaya hanya membuat sains menjadi tidak objektif dan tidak saintifik, dalam konstruksi paradigma keilmuan integratif justru posisi budaya menjadi semakin diperjelas perannya. Jika selama ini dimengerti ketika sains dan agama disatupadukan, hanya melahirkan pseudo sains karena sains kemasukan unsur keimanan, dan hanya membuat iman menjadi lemah a tau bahkan menjadi hilang iman, sebab agama kemasukan unsur saintifik, maka dengan kerangka filsafat ilmu, posisi dan peran masing• masing telah menjadi jelas. Pembangunan paradigma ilmiah integratif sudah tentu merupakan proyek keilmuan yang sangat besar, meski demikian, hams diakui, keberhasilan melakukan rekonstruksi paradigma baru itu masih belum cukup, sebab masih hams didukung oleh tersedianya metodologi yang operasional, fungsional dan efektif. Pembahsan dalam buku ini juga bermaksud menawarkan metodologi pengembangan sains berbasis paradigma integratif, yang tidak hanya fungsional atau operasional, tetapi juga menjamin produktivitas, bahkan aman dari jeratan praktek kasar pseudosaintifik dan praktek berlebihan sains ideologis. Rekonstruksi metodologi pengembangan ilmu berbasis agama mendesak untuk dilakukan, di satu sisi untuk memberi jawaban atas keraguan akan kompetabilitasnya dengan ilmu-ilmu keislaman, dan pada sisi yang lain membantah kekhawatiran akan hilangnya atau terkikisnya nilai-nilai keislaman, justm dengan semakin dijalankannya riset-riset ilmiah, a tau dikembangkannya nalar ilmiah secara umum Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain, termasuk di Malaysia, dalam satu atau dua dekade terakhir telah muncul tren menarik bahwa perguruan tinggi Islam mengembangkan paradigma integratif dalam pengelolaan pendidikan tinggi, serta dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Di Indonesia, beberapa Universitas Islam Negeri [UIN], dan beberapa perguruan tinggi swasta, seperti Unida Gontor, juga telah mengembangkan tradisi akademik yang mengintegrasikan sains dan Islam, bahkan mengembangkan sains dalam bingkai "Islamic worldview". Dari aspek filosofis, perkembangan tradisi keilmuan di beberapa perguruan tinggi tersebut memang menimbulkan permasalahan mendasar, mungkinkah ilmu yang dikembangkan dengan konteks agama bisa bersifat ilmiah. Sebab pandangan selama ini, agar dapat memenuhi kriteria ilmiah dan obyektivitas, ilmu pengetahuan hams terhindar dari unsur subjektivitas ilmuwan, dan menghilangkan intersubjektivitas tradisi dan budaya. Maka dengan gencarnya wacana integrasi ilmu pengetahuan dan agama, mau tidak mau, filsafat ilmu hams melihatnya sebagai persoalan kekinian yang hams dicarikan solusinya. Refleksi lebih lanjut dari pandangan filosofis tersebut adalah bahwa landasan pengembangan ilmu pengetahuan yang terdiri dari teori, paradigma, dan asumsi teologis menjamin pengembangan ilmu pengetahuan berbasis agama menjadi mungkin, dan lebih dari itu menjamin terhindarnya pola ideologis dan pseudoscientific dalam pengembangan ilmu. Seiring dengan terbukanya wilayah keagamaan pada bangunan keilmuan, maka hal tersebut dapat membuka dimensi ham dalam keilmuan, yang membawa karya ilmiah tidak dapat lagi mengingkari konteks keagamaan. Dimensi ham tersebut adalah dimensi teologis ilmu pengetahuan, dan itulah teologi ilmu pengetahuan. Maka teologi ilmu di satu pihak mempakan landasan integrasi ilmu, baik antar ilmu pengetahuan maupun antara ilmu pengetahuan dan agama [teologi], dan di pihak lain teologi ilmu sekaligus sebagai basis pengembangan ilmu pengetahuan yang mendasari pemilihan paradigma ilmiah dan penetapan teori serta metodologi dalam kegiatan ilmiah. Dalam konteks Islam, maka aspek ilmu dalam Islam, sudah tentu di samping aspek budaya dan aspek doktrin• agama, merupakan ruang bagi setiap upaya pengembangan ilmu. Oleh karena itu kerja saintifik dapat sebagai wujud dari keberagamaan Islam. Atau dengan kata lain, dalam ruang ilmu, beragama itu wujudnya adalah pengembangan ilmu dan kerja ilmiah, sehingga ilmuwan muslim dapat kerja ilmiah secara produktif, tanpa meragukan agamanya atau imannya, apalagi meninggalkannya. Begitu pula, ilmuwan muslim menjadi tidak perlu dan tidak ada benar-benarnya, demi menguatkan imannya lalu meninggalkan kerja ilmiah. Beberapa kajian di buku ini merupakan rekonstruksi pembangunan sains berbasis agama, dengan mempertimbangkan detail persoalan pengembangannya. Di samping itu, juga ada beberapa bagian yang mau tidak mau mendapatkan sorotan dan kritisisme dari Filsafat Ilmu. Buku ini dapat terbit adalah atas bantuan sdr. Dr. Muhammad Taqiyuddin, M.Ag. yang telah membaca dan me• nyelaraskan percikan pemikiran saya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan lebih sistematis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya sampaikan penghargaan dan terimakasih atas jerih payahnya. Ucapan terimaksih juga saya sampaikan kepada teman-teman dosen pemerhati filsafat ilmu, juga segenap mahasiswa yang diskusi-diskusinya telah turut memperkaya pembahasan buku ini. Selanjutnya penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan karya ini dan karya-karya selanjutnya. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat, terutama bagi upaya pembangunan tradisi ilmiah berbasis agama
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) |
Divisions: | Pascasarjana Magister UNIDA Gontor > Magister Aqidah dan Filsafat Islam |
Depositing User: | PAK Pasca Sarjana AFI S2 |
Date Deposited: | 30 Mar 2024 04:55 |
Last Modified: | 16 Oct 2024 03:00 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/3221 |
Statistics Downloads of this Document
View Item |