Jannah, Karisma Roudhotul (2010) انفراد عائشة أم المؤمنين في بعض مسائل فقه النساء عن بقية الصحابة (دراسة مكتبية). S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.
FILE TEXT (Kharisma Roudhotul Jannah - PM - 2010)
Kharisma Roudhotul Jannah - PM - 2010.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (9MB) |
Abstract
'Aisyah RA adalah seorang yang ahli dalam berbagai macam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu fiqh dan badits. Buku-buku sejarah mencatat bahwa beliau telah meriwayatkan kurang lebih ۲۲۱۰ riwayat hadits. Ini dikarenakan 'Aisyah RA sebagai istri Rasulullah SAW, telah tinggal bersama beliau sedari muda dan melihat Rasulullah SAW dalam kehidupan kesehariannya. 'Aisyah RA, dalam berbagai kasus khusunya kasus fiqh wanita, terkadang memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat para sahabat dan tabi'in dan beliau lebih banyak condong dalam pembelaan terhadap hak-hak k kaum wanita, karena beliau menganggap beliaulah orang yang paling tahu kepentingan kaum wanita dibandingkan para sahabat lainnya yang merupakan kaum pria Dan oleh karena wanita merupakan salah satu fondasi yang paling penting dalam bangunan kehidupan ini, maka Islam selalu mengangkat derajat mereka dan tidak pernah meremehkan kedudukan mereka. Berdasarkan pemikiran. di atas, maka penulis mengkaji tentang fenomena yang disuguhkan zaman saat ini yaitu menigkatnya tuntutan kehidupan saat ini. Kebutuhan ekonomi yang semakin tidak terbendung, memaksa kaum wanita khususnya para ibu, untuk ikut membanting tulang demi terpenuhinya kebutuhan. hidup keluarga. Sibuknya seorang wanita untuk bekerja, terkadang membuat perannya sebagai ibu tidak maksimal, dalam kasus yang paling relevan adalah ketika seorang ibu tidak lagi menyusui anaknya yang masih dalam usia susuan untuk kemudian bekerja dan menggantinya dengan susu kaleng. Padahal penyusuan memiliki peranan yang sangat sangat penting, tidak hanya dalam lingkup kesehatan jasmani dan rohani bayi, tapi juga dalam penentuan mahrom. Persoalan lain yang mucul adalah pada akhirnya para wanita keluar rumah dengan lawan jenis yang bukan mahromnya dan banyak bergaul dengan mereka tanpa batas. Hal ini tentu. saja meresahkan, karena bukan merupakan akhlaq wanita muslimah, Adapun penelitian ini merupakan kajian literer dengan pendekatan historical dimana banyak melandaskan pembahasannya kepada Al-Qur'an, hadist dan pendapat para ulama dalam merumuskan hukum. Untuk pembahasan lebih mendalam, penulis berusaha mengumpulkan data-data baik primer maupun sekunder. Dalam pengumpulan data tersebut penulis menggunakan metode observasi (Observation Method) yang merupakan langkah awal dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan cara menjajagi, mengamati secara intensif buku-buku dan sumber data lainnya. Selanjutnya penulis menggunakan metode dokumentasi (Documentary Method) sehingga penulis dapat melihat dengan jelas dan cermat tentang masalah tersebut untuk kemudian dianalisa dengan menggunakan cara berfikir induksi (Inductive Method) untuk membuktikan dan menentukan pebedaan 'Aisyah RA dalam masalah fiqh nisa yang selanjutnya dibantu dengan metode deduksi (Deductive Method) untuk menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapat 'Aisyah RA, berbeda dalam beberapa masalah fiqh wanita. Dalam kasus pertama, ada beberapa perbedaan mengenai batas jumlah susuan yang menyebabkan pengharaman, dan 'Aisyah RA berpendapat jumlahnya adalah lima kali penyusuan yang mengenyangkan anak susu tersebut. Dalam kasus kedua, beberapa sahabat dan tabi'in menganggap bahwa penyusuan yang terjadi setelah masa dua tahun (yakni masa yang telah ditentukan Allah SWT sebagai masa penyusuan), tidak menjadikan seseorang menjadi mahrom ibu susu beserta keluarganya seperti halnya anak kandung ibu ssusu tersebut, sedangkan 'Aisyah RA, menganggap kapanpun terjadi penyusuan (tanpa mempedulikan masa atau usia orang yang menyusu), menjadikan anak susuan tersebut seperti anak kandung ibu susu, dan tentu saja menjadi mahromnya. Pada kasus yang kedua, para sahabat banyak berpendapat bahwa wanita dilarang melakukan perjalanan tanpa mahromnya, bahkan untuk perjalanan ibadah haji, sedangkan 'Aisyah RA menghalalkan wanita melakukan perjalanan dalam bentuk apapun tanpa mahromnya, selama wanita tersebut merasa aman dari bahaya. Perbedaan dalam hal-hal tersebut dikarenakan karena perbedaan pemahaman teks dalam Al-qur'an dan Hadits yang menjadi sumber utama hukum islam. Akhirnya dari kajian yang masih sederhana ini penulis berharap akan ada peneliti selanjutnya yang akan membahas tentang fiqh nisa' dengan lebih mendalam. Semoga dengan demikian akan menjadi jelas apa yang selama ini kabur dan menjadi sumbangan yang berarti untuk Islam dan Muslimin
Item Type: | Thesis ( S1 Undergraduate ) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion |
Divisions: | Fakultas Syariah UNIDA Gontor > Perbandingan Mazhab dan Hukum |
Depositing User: | Nur Insani |
Date Deposited: | 02 Nov 2024 01:46 |
Last Modified: | 02 Nov 2024 01:46 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/4042 |
Statistics Downloads of this Document
View Item |