Nasihin, Khoirun (2000) الفلسفة الإنسانية عند ابن رشد. S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.

FILE TEXT (Khoirun Nasihin - SAA - 2000) Khoirun Nasihin - SAA - 2000.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (8MB)

Abstract

Filsafat adalah sebagian dari pekerjaan akal, filsafat umumnya banyak membahas tentang Sang Pencipta serta hubungan Nya dengan Alam Semesta dan yang lebih khusus lagi membahas tentang Jiwa manusia, seperti keberadaan jiwa. Yang paling banyak memberikan perhatian pada pengkajian masalah ini adalah orang-orang Yunani. Sebelumnya mereka mencoba memahami tentang Alam, tetapi setelah mereka mengetahui kelemahan mereka untuk mengetahui rahasia-rahasia tentang alam, akhirnya mereka condong kepada mengkajian tengang Jiwa, dengan harapan melalui pengkajian ini bisa dijadikan jalan untuk mengetahui pengkajian lainnya. Para filosuf muslim, khususnya Ibnu Rusyd, meraka juga memberi perhatian dalam masalah ini. Meski Ibnu Rusyd dikenal sebagai juru tafsir filsafat Aristoteles, namun dalam menyusun rumusan kesimpulannya Ibnu Rusyd tidak terikat pada rumusan Aristoteles. Bahkan ia mengemukakan pendapat-pendapat pribadinya yang mencerminkan pandangan atau pahamnya sendiri, sekalipun dalam hal itu ia tetap mengikuti jejak Guru Pertama (Aristoteles). Kajian yang tengah dilakukan oleh penulis ini, bertujuan untuk mencoba mengetahui riwayat hidup Ibnu Rusyd, filsafat manusia khususnya tentang jiwa dan permasalahan sekitar akhlak serta kedudukan filsafat Ibnu Rusyd terhadap filosuf Yunani dan Muslim. Dalam penyajian kajian ini, pembahas menggunakan methode historis untuk memaparkan latarbelakang kehidupan Ibnu Rusyd beserta karya-karyanya serta perkembangan pemikiran tentang Jiwa dan Akhlak baik Yunani maupun Islam. Penulis juga menggunakan methode deskriptif Analisis kritik guna memaparkan pemikiran bau Rusyd tentang Jiwa dan Akhlak kemudian memberikan analisa terhadap hubungan pemikirannya dengan para flosuf Yonani seperti Plato, Aristoteles dar filosuf mustim sebelumnya seperti Al-Farobi, Ibnu Sina dan Al-Ghozali serta berusaha mengadakan kritik diantara pemikiran mereka. Dalam pembahasan yang sederhana ini, penulis sampai pada kesimpulan utama bahwa pemikiran Ibnu Rusyd tentang pengertian Jiwa adalah mampu memjawab permasalahan-permasalahan yang berkisar tentang jiwa yang telah menarik perhatian para kaum ilmu kalam maupun para filosuf sebelumnya. Sehingga jiwa menurutnya, merupakan gambaran bagi badan -dalam arti Khusus- dan unsur/materi yang independen dalam waktu tersendiri, dengan kata lain bahwa badan tidak berarti tanpa adanya. Dan tidak mungkin akal akan melaksanakan fungsinya tanpa adanya. Sebagaimana bahwa tidak ada gambaran badan tanpa adanya gambaran tersebut Dari sini jelaslah bahwa Ibnu Rusyd tidak mengambil semua pengertian dari Aristoteles yang berpendapat bahwa manusia terdiri atas jiwa dan jasad, jasad sebagai materi dan jiwa merupakan gambaran baginya dan tidak pula mengingkari pendapat para filosuf Muslim sebelumnya, la juga mebedakan akal dalam tiga bagian, yaitu, akal Materi, akal Pasif dan akal Aktif, dan ketiga akal tersebut berada dalam Jiwa dan merupakan manifestasi dari kejiwaan. Kedua. akal yang pertama itu terbentuk dengan bersatunya Jiwa dengan badan, sedangkan akal ketiga merupakan bukti independensi sebagai unsur yang lunak, walupun dalam kenyataannya juga karena hubungannnya dengan badan. Akhirnya dari kajian yang masih global ini, penulis merasakan bahwasanya pembahasan ini belum mencapai kesempurnaan dan berharap kepada peneliti selanjutnya agar mengupas lebih dalam lagi pokok-pokok filsafat Ibnu Rusyd dari sudut pandang yang berbeda untuk mencapai kesempurnaan, baik menghubungkannya dengan filosuf yunani atau Filosuf muslim lainnya

View more statistics

View Item