Fitriana, Linda (2009) نفقة المتعة بعد الطلاق عند الإمام مالك والإمام الشافعي (دراسة مقارنة). S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.
FILE TEXT (Linda Fitriana - PM - 2009)
Linda Fitriana - PM - 2009.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (7MB) |
Abstract
Perceraian adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah, namun perceraian itu dihalalkan, seorang suami menceraikan istrinya harus dengan baik, salah satu hal yang harus diberikan seorang suami kepada istrinya yang telah ditalaq adalah nafkah sampai akhir masa I'dah. Akan tetapi dizaman kita sekarang perceraian seringkali terjadi, namun kebanyakan suami tidak memberikan nafkah tersebut, dan sebagian ulama berbeda pendapat tentang hukum pemberian mut'ah. Dalam hal ini Imam Malik dan Imam Syafi'i telah memberikan penjelasan tentang pemberian nafkah mut'ah setelah talaq. Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pendapat Imam Malik dan Imam Syafi'i mengenai nafkah mut'ah kemudian persamaan dan perbedaan antara keduanya. Jenis kajian ini adalah studi pustaka (literature) dengan pendekatan sociology histories. Dan untuk memperoleh data-data yang diperlukan penulis menggunakan metode observasi dan documenter, untuk mengetahui sejarah hidup Imam Malik dan Imam Syafi'i, serta pola pikir keduanya mengenai nafkah mut'ah setelah talaq. Dan dari data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan metode Induktif dalam mengambil kesimpulan tentang pemikiran mengenai nafkah mut'ah setelah talak, kemudian metode Deduktif untuk mengetahui pengertian, syarat, hukum, dan ukuran dalam pemberian nafkah mut'ah setelah talaq. Dan metode komperatif untuk membandingkan pendapat kedua Imam sehingga tampak jelas persamaan dan perbedaan keduanya. Dari kajian ini penulis menyimpulkan bahwa kedua Imam tersebut berbeda pendapat dalam beberapa hal, diantaranya adalah perbedaan dalam hukum pemberian nafkah mut'ah setelah talaq, pemberian nafkah bagi wanita yang ditalaq tiga, dan nafkah bagi hamba sahaya. Menurut pendapat Imam Malik nafkah muť'ah merupakan pemberian yang dianjurkan kepada wanita yang dicerai. Sedangkan menurut Imam Syafi'i nafkah mu'tah merupakan pemberian yang wajib diberikan kepada wanita yang dicerai. Adapun persamaan pendapat antara Imam Malik dan Imam Syafi'i adalah ukuran pemberian nafkah mut'ah tidak terbatas, pemberian tersebut di sesuaikan sesuai keadaan suami dan istri. Demikianlah kesimpulan yang dicapai oleh penulis, tetapi ini semua masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka diharapkan kepada pembaca dan peneliti selanjutnya untuk dapat menyempurnakan dan meneliti yang lebih dalam.
Item Type: | Thesis ( S1 Undergraduate ) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion |
Divisions: | Fakultas Syariah UNIDA Gontor > Perbandingan Mazhab dan Hukum |
Depositing User: | Nur Insani |
Date Deposited: | 02 Nov 2024 06:24 |
Last Modified: | 02 Nov 2024 06:24 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/4141 |
Statistics Downloads of this Document
View Item |