Michel Cuypers meneliti struktur Al-Qur’an menggunakan Semitic Rhetorical Analysis (SRA), metode analisis struktur teks yang berasal dari studi Alkitab. Metode ini dan penafsiran Al-Qur’an yang didasarkan padanya belum banyak dikaji dan dikritik. Seorang orientalis bernama Richard Bell menganalisa struktur Al-Qur’an kemudian mengkritisi struktur koherensi dari struktur AlQur’an sebagaimana dalam bukunya “The Qur’an: Translated, with a critical rearrangement of the Surahs” yang mengkritik adanya perubahan mendadak dalam penjelasan Tuhan dari sudut pandang linguistik pada ayat ke-1 hingga ke-5 dan ayat ke-9 dan ke-10 Surah al-Mulk tidak memiliki hubungan dan korespondensi Oleh karena itu, peneliti ingin mempelajari struktur Surah al-Mulk dengan menggunakan metode Semitic Rhetorical Analysis (SRA). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis untuk mendemonstrasikan pendekatan Cuypers dalam menganalisa sturktur Al-Qur’an dan metode SRA, kemudian menganalisa Surah al-Mulk menggunakan prinsip – prinsip dari SRA tersebut. Hasil penelitian yang ditemukan adalah: (1) Surah al-Mulk memiliki struktur teks yang saling berhubungan berdasarkan metode Semitic Rhetorical Analysis (SRA). Dapat dilihat dari berbagai segmen terkait dalam satu bagian untuk membentuk cincin, cermin, atau pola paralel. Ayat pertama memiliki keterkaitan dengan ayat ke-5, menunjukkan penegasan “Ta’qid”. Di sisi lain, ayat ke-10 dan ke9, ternyata memiliki hubungan yang ditunjukkan karena kehadiran kata “sangat” di akhir ayat 9 dan kata “api yang menyala-nyala” yang menunjukkan sajak yang sama. (2) Surah al-Mulk terdiri dari 11 piece. Dari kesimpulan di atas, koherensi Al-Qur’an perspektif SRA ditemukan pada setiap tingkatan kelompok partikel teks sehingga menunjukkan koherensi yang berlapis-lapis. Maka dari itu, berbagai kajian tentang SRA masih perlu dilakukan untuk mengembangkan kajian Al-Qur’an dan sekaligus membumikan Al-Qur’an di era modern-kontemporer.