Mukri, Syarifah Gustiawati (2004) إجبار الزواج على البكر عند الإمام الشافعي والإمام أبي حنيفة ) دراسة مقارنة ). S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.

FILE TEXT (Syarifah Gustiawati Mukri - PM - 2004) Syarifah Gustiawati Mukri - PM - 2004.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (7MB)

Abstract

Pernikahan merupakan sunatullah untuk seluruh Makhluknya baik manusia, hewan maupun tumbuhan pada hakikatnya maksud dari wujud pernikahan tersebut adalah agar terwujud maslahah antara suami dan isteri untuk mencapah mawaddah wa rahmah dalam keluarga akan tetapi tujuan ini tidak akan tercipta dengan adanya pemaksaan antara suami dan isteri sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan berkeluarga itu untuk waktu yang panjang maka untuk mewujudkan sutu keluarga yng mawaddah wa rahman maka wali haruslah menghormati kehendak wanita bahkan menolongnya dalam memilih calon pendamping hidupnya apalagi kalau wanita tersebit puterinya maka, menikah membutuhkan pemikiran dan kasih sayang bersama karena pemaksaan wali dengan memilih calon suami dengan kehendak dirinya merupakan tindak jinayah terhadap wanita dan penghinaan terhadapnya. berdasarkan asumsi diatas penulis berkeinginan membahas tentang hukum menikahkan gadis dewasa tanpa persetujuannya menurut Imam Syafi'i dan Imam Hanafi yang mana telah kita ketahui bersama bahwa masyarakat Indonesia mayoritas bermazhabkan Syafi'i sebagaimana diketahui pula bahwa Imam Abu Hanifah merupakan Imam fiqh yang terkenal dengan Imar ehlu Ra'yi dan berupaya membandingkan pendapat keduanya secara terperinci. Dalam penulisan ini penulis menggunakan jenis penelitian kajian pustaka untuk pembahasan lebih mendalam dan mencapai tujuan latar belakang bahasan penulis berusaha mengumpulkan data- data baik primer maupun sekunder, dalam pengumpulan data tersebut penulis menggunakan metode observasi yang merupakan langkah awal untuk menjajagi melihat dan mendapatkan data-data yang lain kemudian untuk mengumpulkan data selanjutnya penulis menggunakan metode dokumentasi setelah data terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan metode induktif untuk menemukan pengertian-pengertian Ijbar Albikr terhadap pernikahan meliputi, pengertian perwalian macam- macamnya, syarat-syarat perwalian, susunan perwalian, siapa sajakah yang mempunyai hak ijbar, dan hukum ijbar Albikr dibantu selanjutnya dengan metode deduktif untuk menarik kesimpulan agar analisa yang disimpulkan lebih mendalm penulis melanjutkan analisanya dengan menggunakan metode deskriptif analisis membandingkan antara keduanya (analisis komparatif). Dari kajian yang sangat sederhana ini penulis berpendapat bahwasanya ada kesamaan dan perbedaan antara pendapat kedua imam diantara persamaannya adalah tidak ada larangan menikahkan Albikar Asshagirah tanpa persetujuannya dengan pria yang sekufu dan diperbolehkan menikahkannya baik tanpa persetujuannya atau penolakannya sedangkan Ayah menikahkan anak gadis dewasa tanpa persetujuannya menimbulkan kontraversi kedua pendapat, Imam Syafi'i berpendapat bahwasanya menikahkan anak gadis tanpa persetujuannya merupakan hak ijbar bagi Ayahnya dan mustahab meminta persetujuannya,sedangkan Imam Abu Hanifah mewajibakanı Ayah meminta Izin kepada puterinya dalam pernikahan dan jangan pernah memaksanya, demi menghormati kehendaknya dalam menentukan pilihan hidupnya. Demikianlah kesimpulan yang dicapai penulis meskipun ada kontraversi antara kedua imam hendaklah wali menghormati kehendak puterinya dalam menentukan pilihan hidupnya setelah melakukan pembahasan bagaimanapun juga hal ini tentu saja jauh dari kesempurnaan maka dari itu diharapkan kepada para pembaca dan pembahas selanjutnya untuk berkenan mengislah dalam bahasan yang sederhana ini dan menyempurnakannya.

View more statistics

View Item