Thesis
Published
نقد شيخ الإسلام ابن تيمية للقاضي عبد الجبار في كلام الله
Abstract
Sesungguhnya persoalan kalām Allah adalah persoalan klasik yang sudah ada
sejak permulaan masa Mu'tazilah dan masa Ahmad bin Hanbal. Mu'tazilah menjadi
madhab resmi pada pemerintahan daulah `Abbāsiyah, maka pendapat tentang al-Qurān
makhlūą jadi isu yang penting dan besar di masyarakat. Karena persoalan ini dianggap
salah, maka Ahmad bin Hanbal mencoba menentang pendapat tersebut, dan tidak berhasil
sampai beliau wafat di penjara. Persoalan tersebut terus berlanjut sampai masa al-Qādhī
Abd al-Jabbār dan Ibnu Taymiyah.
Kalăm Allah terdiri atas dua kata yaitu Kalām yang artinya secara bahasa adalah
suara yang berfaidah, adapun menurut ulama` Kalām; Kalām berarti suatu makna yang
diucapkan seseorang dengan menggunakan lafadz.. Adapun Kalām Allah merupakan
pembahasan beberapa firoq yang mereka saling berbeda pendapat, sebagian mereka
meniadakan sebagian yang lainnya menta`wilkan dan ada juga yang menetapkan.
Risalah ini bertujuan ingin mengetahui hakekat persoalan ini melalui kritik Ibnu
Taymiyah terhadap pemikiran al-Qadhī Abd al-Jabbār dalam hal kalām Allah, dan
mengetahui manhaj apa yang digunakan oleh keduanya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis kritis dengan
memaparkan argumentasi al-Qādhī Abd al-Jabbār dan Ibnu Taymiyah di dalam masalah
Kalam Allah, kemudian menganalisis pemikiran al-Qādhī Abd al-Jabbār tersebut, setelah
itu mengupas kritik Ibnu Taymiyah terhadap argumentasi al-Qādhī Abd al-Jabbār di
dalam masalah Kalām Allah.
Dalam kajian ini ditemukan beberapa metode yang digunakan oleh al-Qadhī Abd
al-Jabbār di dalam membahas masalah aqidah antara lain; mengedepankan `aql dari pada
naql, al-istidlāl bi addalīl al-`aqly, rofdhu bi khobar al wahid dan al-istidlāl bi at-ta wil
al-kalāmy. Adapun dalam hal kalām Allah al-Qādhī Abd al-Jabbär menggunakan metode
al-istidlāl bi at-ta`wīl al-kalāmy. Sedang metode Ibnu Taymiyah dalam masalah aqidah
antara lain; mengedepankan naql dari pada `aql, al-istidlāl bi khobar al wahid, rofdhu atta`wīl al-kalāmy, dan al-istidlāl bi al-qurān wa al-ahādīth as-shahihah. al-Qādhī Abd alJabbār berpendapat bahwa Kalām Allah bukanlah sifat Allah maka dari itu Kalām Allah
tidaklah qadim, karena menjadikan Kalām Allah qadim merupakan hal penyekutuan
terhadapNya di dalam hal qadīm. al-Qādhī Abd al-Jabbār juga berpendapat bahwa Allah
tidak berbicara yang sesungguhnya sebagaimana yang didengarkan manusia akan tetaрі
Allah menciptakan KalāmNya di selain dirinya maka dari itu Allah tidak berbicara
dengan dzatNya. Maka Ibnu Taymiyah mengkritik pendapat tersebut, menurutnya Kalām
Allah merupakan sifat Allah yang qadimah, karena jika Allah tidak mempunyai sifat
Kalām berarti Allah bisu dan Allah mustahil bersifat bisu. Kalām Allah itu qadim dan
mustahil makhluq karena jika makhluq berarti sebelum Allah menciptakan KalāmNya la bisu, tentunya ini batil. Ibnu Taymiyah berpendapat Allah berbicara dengan suara, huruf
dan dzatNya, tidaklah Allah menciptakan kalāmNya di selain diriNya. Apabila Allah
menciptakan kalāmNya diselain diriNya kemudian kalām tersebut dinisbahkan kepada
Allah maka apakah perbedaan antara kalām Allah dan kalām selainNya.
Karena persoalan ini menarik dan penting untuk dikaji, maka penulis berharap
agar peneliti yang akan datang dapat meneliti hal ini lebih mendalam dan luas dari
berbagai segi.
Publication Details
InstitutionUniversitas Darussalam Gontor
DepartmentAqidah dan Filsafat Islam
Item ID5644
Deposited24 Feb 2025 05:51