Zaironi, Akhmad Nur (1997) ابن سينا وأفكاره الفلسفية في الإنسان. S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.
![]() |
FILE TEXT (Akhmad Nur Zaironi - SAA - 1997)
Akhmad Nur Zaroni - SAA - 1997.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (76MB) |
Abstract
Di dalam filsafat Islam di antara permasalahan yang sarat dengan polemik adalah masalah manusia, karena hal ini membawa perselisihan pendapat yang sangat tajam di kalangan para filosof Islam itu sendiri juga para ulama kalam. Dan tidak jarang ulama kalam mengkafirkan para filosof, karena mereka menuduh bahwa pendapat para filosof menyebabkan kemusyrikan dalam akidah Islamiyah. Pangkal perselisihan yang diperselisihkan yakni hubungan antara jiwa dan badan manusia, apakah jiwa itu merupakan arald (sifat) bagi badan, yang sesudah badan hancur ia pun tidak ada lagi? Kalau demikian halnya tentu jiwa hanya hidup ketika badan masih hidup, padahal Islam mengajarkan adanya kehidupan setelah mati. Itulah pendapat aliran materialisme yang kemudian menetapkan bahwa apa yang ada dalam wujud ini hanya jauhar (benda) dan aradi (sifat). Sedang kaum spiritualisme dengan tegas mengatakan kerohanian jiwa dan keabadian. Jiwa adalah jauhar (substansi) rohani yang tidak hancur dengan hancumya badan. Sesuai dengan pendapat sebagian ulama kalam bahwa sesudah mati jiwa orang-orang shaleh naik surga, sedang jiwa orang-orang jahat masuk ke dalam neraka. Demikianlah beberapa perselisihan pendapat di kalangan filosof Islam juga ulama kalan tentang permasalahan manusia ditinjau dari jiwa. Kemudian munculah seorang filosof Islam Asy-Syeikh Ar-Rois Ibnu Sina, yang pendapatnya tentang jiwa cukup menarik perhatian para ulama dan pemikir pada masanya, Juga para pembahas masa modern. Pendapatnya tentang jiwa untuk mengetahui tentang hakekat manusia itulah yang merupakan pokok pembahasan dalam risalah ini, dan sebagai pembanding di sini penulis menampilkan pendapat para filosof lainnya dengan tujuan agar pendapat Ibnu Sina dapat terlihat dengan jelas. Dalam pembahasan yang dikaji secara literer ini, penulis terlebih dahulu menggunakan methode historis, untuk menginventarisir beberapa pemikiran filosof terdahulu dan pemikiran Ibnu Sina tentang hakekat manusia, kemudian untuk mendekatkan keterangan yang lebih jelas tentang filsafat Ibnu Sina, penulis menggunakan methode analisis dan akhirnya dengan methode induktif mengantarkan penulis pada kesimpulan-kesimpulan akhir sebagai hasil kajian. Ibnu Sina yang menjadi pendukung aliran spiritualisme, memandang manusia sebagai benda alam (natural matter) yang mempunyai bentuk disebut jiwa, yang merupakan kesempurnaannya yang pertama dan sebagai titik pemusatan fungsinya yang vital dan tak terpisahkan dari jasmaninya, pada akhimya ia sampai pada teori yang mempertahankan pengertian bahwa manusia terdiri dari dua substansi, jiwa dan raga. Substansi jiwa berlainan dengan substansi raga, dan terpisah terutama setelah manusia mati, kemudian ia pun menetapkan bahwa jiwa abadi dan kekal. Ketika pernyataannya tentang keabadian jiwa ini mendapat kritikan dari ulama kalan, ia pun memaklumkan bahwa jiwa tersebut adalah makhluk dan temporal (hawadits) tidak ada kecuali jika ada tubuh. Jiwa tidak mendahului tubuh walaupun ia kekal setelah tubuh sima. Tanda temporalitasnya ialah jiwa tidak tertentu dan tidak pasti kecuali dengan perantaraan tubuh, sehingga tidaklah mungkin menggambarkannya sebelum adanya tubuh. Temporalitas ini sejalan dengan ajaran agama yang mengatakan bahwa tidak ada yang qodim (eternal) selain Allah swt. Sedang keabadian jiwa yang diakuinya itu adalah untuk merealisir makna perhitungan dan pertanggungjawaban perbuatan manusia sesudah mati Ini adalah sebagian filsafat Ibnu Sina yang tak lepas dengan berbagai macam pengaruh, tetapi tetap menampakkan harmonitas, sikap eklektis dan sinkritis, bahkan kreasi baru yang memberikan kepribadian tersendiri maupun bentuk yang istimewa bagi filsafatnya. Maka merupakan sikap yang salah seandainya kita mengembalikan filsafatnya kepada Aristoteles semata, karena sebagaimana filosof Islam lainnya ia tidak hanya memadukan teori saja, akan tetapi juga menyusun suatu pandangan yang baru pula.
Item Type: | Thesis ( S1 Undergraduate ) |
---|---|
Subjects: | 23rd Dewey Decimal Classification > 100 - Filsafat dan Psikologi > 140 - Aliran pemikiran filosofis > 140 Aliran filosofis dan sudut pandang khusus |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor > Studi Agama Agama |
Depositing User: | 2024 Hibatullah Ramadhana |
Date Deposited: | 27 Feb 2025 03:24 |
Last Modified: | 27 Feb 2025 03:24 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/5922 |
Statistics Downloads of this Document

![]() |
View Item |