Munculnya kekerasan yang disebabkan pluralitas agama di Indinesia akhir-akhir ini menarik perhatian para tokoh-tokoh agama. Dari berbagai diskusi disimpulkan bahwa kekerasan itu bukan lah murni agama. Beberapa tokoh berusaha mengatasi persoalan ini. Nurcholish Madjid menawarkan gagasan universalitas Islam sementara Budhi Munawwar Rahman mengembangkan paradingma baru dengan ide teologi pluralistik. Tetapi usaha-usaha ini dicurigai beberapa kalangan sebagai bentuk sinkritisme. Didorong kenyataan di atas penulis ingin mengkaji tentang persoalan pluralitas agama dalam perspektif kitab suci. Untuk tujuan itu penulis mengambil tafsir Al Azhar sebagai objek kajian. Mengingat Hamka merupakan tokoh ternama yang peranya dalam membangun kehidupan beragama tidak diragukan lagi Kajian ini menggunakan sebuah metode di mana berfikir deduktif dan indultif dikombinasikan. Untuk memenuhi harapan, pendekatan teologi dan filsafati digunakan juga dalam kajian ini. Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa pluralitas agama menurut Hamka bukanlah semata-mata kehedak, akan tetapi lebih banyak disebabkan keinginanan manusia itu sendiri. Agama Tuhan hanyalah satu, yaitu Isalm dalam arti ketaan dan ketundukan kepada Tuhan. Pluralitas Agama kendaknya tidak sampai kepada bentuk baru agama, sinkritisme, agama yang berbeda, kendaknya dikembangkan secara alamiah. Agama jangan dipaksakan untuk sama. Karena keterbatasan kemampuan penulis, pembahasaan ini belum sempurna. Diharapkan untuk masa yang akan datang kajian serupa kendaknya tetap dilaksanakan dengan secara mendalam.