Susmana, Harris (1999) AL-GHAZALI'S ATTITUDE TOWARD KALAM. S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.

FILE TEXT (Harris Susmana - SAA - 1999) Harris Susmana - SAA - 1999.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (84MB)

Abstract

Dalam sejarah perkembangan ilmu kalam klasik Al-Ghazali (1058-1111). merupakan tokoh yang banyak mendapat perhatian dan komentar dari para ahli. Abu Hamid Al-Ghazali merupakan tokoh yang menguasai banyak cabang ilmu. Sehingga penilaian yang ditujukan kepadanya sangat komplek dan berbeda-beda. Namun hampir semua sepakat bahwa la seorang teolog besar yang membawa perubahan penting dalam kalam yaitu orang pertama yang memperkenalkan cara baru dalam kalam dengan memasukkan metode filsafat Yunani dan logika Aristoteles sebagai salah satu metode dalar kalam. Dalam jajaran teolog al-Ghazali menempati posisi yang unik, ini dikarenakan sebagai murid seorang teolog Asy'ari (al-Juwani) seharusnya al-Ghazali masuk dalam barisan pengikut Asy'ari, namun bila ditelaah dari hasil karya-karya selain terdapat kešaniaan banyak pula ditemukan perbedaan-perbedaan pendapat dengan gurunya khususnya dan Asy'arisme umumnya, sehingga kajian tentang pandangan dan sikap al-Ghazali terhadap kalam merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Karena itu penelitian ini berusaha mengungkapkan sikap al-Ghazali terhadap kalam. Sikap tersebut tercermin dalam pandangan-pandangan al-Ghazali mengenai: definisi kalam, hukum kalam, posisi akal dan naqal, masalah taqlid dalam aqidah serta penggunaan logika dan terakhir kritiknya terhadap kalam. Dengan menggunakan metode historis penulis berusaha menyajikan biografi al-Ghazali. Sedangkan untuk mengetahui sikap dan pandangan al-Ghazali dalam beberapa permasalahan kalam, khususnya yang menyangkut definisi dan hukm kalam, posisi akal dan naqal serta masalah taklid dan penggunaan argument dan logika dalam kalam penulis menggunakan metode analisis deskriftif. Penulis berpendapat bahwa al-Ghazali memandang kalan tidaklah sama dengan tauhid ataupun aqaid, tetapi hanya bagian dari keduanya. Karena kalam tidak mencakup secara keseluruhan dari esensi tauhid atau aqaid. Adapun hukm mempelajari kalam, sesuai dengan fungsi yang dirumuskannya yaitu untuk membentengi aqidah dari serangan ahlul bid'ah dan atheis, al-Ghazali berkesimpulan bahwa itu merupakan fardlu kifayah. Selanjutnya dalam melihat posisi akal dan naqal penulis berkesimpulan bahwa al-Ghazali menempatkan keduanya pada posisi yang sama, namun kalaulah terdapat pertentangan diantara keduanya maka ia menempatkan naqal pada posisi terdepan. Selain itu penulis berpendapat bahwa al-Ghazali membenarkan iman berdasarkan taqlid, sedangkan penggunaan logikan dalam kalam al-Ghazali melihat bahwa keduanya tidak mempunyai hubungan dengan agama sehingga penggunaan keduanya tidaklah dilarang. Pembahasan ini diakhiri dengan kritik al-Ghazali terhadap kalam dan mutakallim, dimana Al-Ghazali meliha bahwa para mutakallim telah menyimpang dari tujuan yang sebenarnya sehingga fungsi dan tujuan kalam yang sebenarnya tidaklah tercapai. Dalam masalah metodologi kalam al-Ghazali mengkritik pemakaian yang berlebihan metode-metode filsafat dan logika Yunani dalam kalam sehingga menimbulkan permasalahan baru dalam aqidah. Kesimpulan terakhir penulis berpendapat bahwa al-Ghazali merupakan pemikir bebas yang memiliki metode dan konsep tersendiri dalam kalam, tidak terikat pada tokoh atau aliran tertentu. Akhirnya penulis berharap semoga pembahasan ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang sikap al-Ghazali terhadap kalam, kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk bisa melengkapi pembahasan ini.

Loading...

View more statistics

View Item