Thesis
Published
العدالة الإلهية عند القاضي عبد الجبار ونقد أهل السنة والجماعة لها
Abstract
ABSTRAK
KEADILAN TUHAN MENURUT AL-QADI ABD AL-JABBAR
DAN KRITIK AHLI SUNAH WA AL-JAMA'AH TERHAHDAPNYA
EKA PURWANTO
Sesungguhnya telah muncul pertentangan dan perbedaan pendapat antara ahli
tauhid dan 'adl (Mu tazilah) dan ahli haq (Ahli Sunah wa Al-Jama'ah) mengenai
Keadilan Tuhan dari masa ke masa, dan perdebatan ini menjadi lebih besar ketika
Mu'tazilah menjadi madzhab resmi pada masa daulah 'Abbasiyah, yaitu pada masa
khalifah al-Ma'mun sampai al-watsiq billah, maka Keadilan Tuhan menjadi isu yang
penting dan besar di masyarakat. Dalam hal ini, ahli haq (Ahli Sunah wa Al-Jama'ah)
menganggap pemikiran Mu'tazilah menyimpang dari sunatullah dan menentangnya,
persoalan itu terus berlanjut sampai masa al-Qadi 'Abd al-Jabbar al-mu'tazily.
Keadilan Tuhan merupakan dasar keyakinan yang kedua bagi Mu'tazilah setelah
Tauhid, dalam bukunya "Syarh al-Ushul al-Khamsah" berpendapat bahwa Keadilan
Allah membahas ciptaan Allah, perbuatan, dan qadla dan qadar-Nya adalah baik, dan
Allah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya karena Dia Maha suci
dari perbuatan buruk dan dzalim, karena buruk dan dzalim bukan sifat Tuhan yang
Maha Sempurna.
Risalah ini bertujuan untuk mengetahui hakikat dari persoalan ini melalui
pemikiran al-Qadi Abd al-Jabbar tentang keadilan Tuhan beserta kritik ulama Ahli
Sunah wa al-Jama'ah tentangnya.
Peneliti menggunakan pendekatan teologis dengan metode kritis-historis dan
metode perbandingan serta deduktif-induktif untuk menghubungkan pemikirannya
dengan pemikiran ulama Ahli Sunah wa al-Jama'ah.
Al-Qadi 'Abd al-Jabbar menggambarkan Keadilan Tuhan dengan metodenya
yang mengedepankan 'aql dari naql, bahwa semua yang bersumber dari Tuhan bersifat
baik, Dia tidak berbuat buruk, maka dari itu Tuhan mempunyai beberapa kewajiban
yang harus dilakukan di antaranya; Pertama, setiap perbuatan-Nya terhadap manusia
adalah baik, termasuk penyakit, karena jika bukan suatu kebaikan maka Tuhan
dianggap dzalim. Kedua, memberikan kuasa atas perbuatan manusia yang mutlak dari
kemampuannya bukan ciptaan-Nya, sehingga menjadikan perbuatan manusia haqiqy
bukan majazy. Ketiga, memberi pahala dan siksaan dari perbuatan manusia atas dasar
pengetahuan akalnya, karena kedudukan akal di sini sebagai hakim atas perbuatannya.
Keempat, memberi daya dan kemampuan kepada manusia untuk dapat memikul beban
yang diletakan atas dirinya dan tidak memberi beban yang tidak mampu dipikul
olehnya. Kelima, mengutus Rasul-Nya untuk membawa petunjuk bagi manusia
sebagai al-shalah dan al-ashlah dan lutf (rahmat Allah) bagi manusia, untuk
membawa manusia kepada ketaatan dan menjauhkan dari ma'siat. Keenam, Allah
memberikan Syafa'at kepada orang-orang yang beriman yang shalih dan taat untuk
mengangkat derajat mereka dan memasukannya ke dalam surga-Nya, bukan untuk
orang-orang yang berbuat dosa besar, karena mereka kekal di dalam neraka
sebagaimana telah dijanjikan Tuhan bagi manusia. Beberapa hal tersebut merupakan
bukti nyata dari sifat Tuhan yang Maha Adil lagi Bijaksana.
Dari pembahasan di atas, masih terdapat banyak kekurangan, maka peneliti
mengharapkan perbaikan dan penyempurnaan dari para peneliti yang akan datang
dengan pembahasan yang lebih mendalam dan luas dari berbagai segi, semoga
pembahasan ini dapat mendatangkan manfaat bagi para pembaca khususnya dan
seluruh umat Islam pada umumnya.
Publication Details
InstitutionUniversitas Darussalam Gontor
DepartmentAqidah Filsafat Islam
Item ID6854
Deposited09 Mar 2025 04:54