Naimin, Muhammad (2006) الرضا عند ابن قيم الجوزية. S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.
![]() |
FILE TEXT (Muhammad Naimin - SAA - 2006 - 22215227.pdf)
Muhammad Naimin - SAA - 2006 - 22215227.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (137MB) |
Abstract
Pada hakekatnya manusia hidup di dunia ini adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, yaitu dengan cara beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Bentuk ibadah itu sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu ibadah yang dilakukan oleh anggota badan dan ibadah yang dilakukan oleh hati, dan ridha adalah merupakan salah satu dari amalan-amalan hati. Para ahli Tasauf berselisih pendapat dalam masalah ridha, apakah termasuk maqamat ataukah ahwal?. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ridha adalah bagian dari maqamat, ada juga yang berpendapat bahwa ridha adalah bagian dari Ahwal. Selain daripada itu para ulama dari pengikut Imam Ahmad Ibnu Hambali juga berselisih dalam hal ridha dengan qadha, apakah hukumnya wajib ataukah sunnah?.Diantara mereka ada yang mewajibkan, dengan anggapan bahwa keridhaan kepada taqdir termasuk unsur mutlak dari keridhaan Allah sebagai Tuhan. Pendapat tersebut berdasarkan pada atsar Israili yang berbunyi: Barang siapa yang tidak ridha dengan takdirku tidak pula sabar atas ujianku maka hendaklah ia menjadikan tuhan lain selain diri-Ku. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa yang demikian itu termasuk hal yang sunnah dan bukan wajib. Karena sesuatu yang wajib membutuhkan adanya dalil syari'at yang kongkret. Mengenai masalah keridhaan terhadap taqdir, paham qadariyah dan jabariyah telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, golongan qadariyah mengatakan: keridhaan terhadap taqdir itu merupakan ketaatan dan pendekatan diri. Sedangkan keridhaan terhadap kemaksiatan itu sama sekali tidak diperbolehkan, Karena kemaksiatan itu bukan merupakan qadha dan taqdir Allah. Sedangkan golongan jabariyah berpendapat bahwa kemaksiatan itu merupakan suatu hal yang ditetapkan melalui qadha dan qadar Allah, keridhaan terhadap qadha itu merupakan ketaatan dan pendekatan, dan kami ridha terhadap kemaksiatan tersebut dan tidak benci terhadapnya. Oleh karenanya pembahasan sederhana ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Ibnu Qayyim tentang ridha dan hal-hal sufistik yang berhubungan dengannya. Dan untuk mendapatkan pemikiran Ibnu Qayyim dalam masalah ini Penulis menggunakan metode Analisis yaitu metode untuk memperoleh gambaran pemikiran-pemikirannya dalam hal ridha sekaligus menganalisa pemikirannya mengenai hal tersebut, sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman makna keseluruhan. Dari kajian sederhana ini dapat diketahui bahwa pengertian ridha menurut Ibnu Qayyim adalah berbuat sesuai dengan yang diridhai Allah, oleh karena itu ridha merupakan maqam kalau dilihat dari segi sebab terjadinya, artinya ridha tidak akan terwujud kecuali dengan usaha atau amal, tetapi pada hakekatnya ia merupakan pemberian dari Allah. Dalam hal ridha dengan qadha Ibnu Qayyim membagi qadha itu sendiri menjadi dua bagian yaitu Al-Qadha al-diiny dan Al- Qadha al-kauny, ridha terhadap qadha yang bersifat diiny adlalah wajib. Sedangkan ridha terhadap qadha kauny hukumnya ada yang wajib, haram, dan Sunnah, tergantung wujud qadha itu sendiri. Demikianlah kesimpulan yang dicapai dalam pembahasan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis berharap adanya peneliti lanjutan yang membahas permasalahan tersebut lebih baik dan sempurna
Item Type: | Thesis ( S1 Undergraduate ) |
---|---|
Subjects: | 23rd Dewey Decimal Classification > 200 – Agama > 200 - Agama > 200 Agama |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor > Studi Agama Agama |
Depositing User: | 2024 Bagus Mahdiyin |
Date Deposited: | 10 Mar 2025 01:28 |
Last Modified: | 10 Mar 2025 01:28 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/6898 |
Statistics Downloads of this Document

![]() |
View Item |