Buku ini mengeksplorasi genealogi tasawuf ulama Nusantara abad ke-19 dengan menelusuri jaringan dan transmisi intelektual-spiritual yang membentuk karakter khas sufisme lokal. Fokus utama diarahkan pada tokoh-tokoh utama seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Ahmad Khatib al-Sambasi, Muhammad Nafis al-Banjari, Arsyad al-Banjari, Daud al-Fatani, dan Sholeh Darat. Melalui pendekatan historis, filologis, dan analisis intertekstual, buku ini mengungkap proses pewarisan ajaran tasawuf dari Haramain ke Nusantara, serta bagaimana ulama lokal mengadaptasi, mengembangkan, dan mentransformasikan konsep-konsep kunci seperti ma‘rifah, hakikat, dan integrasi syariat-tarekat-hakikat dalam konteks sosial-budaya setempat. Selain menelusuri transmisi teks dan praktik ritual, buku ini juga menelaah strategi pedagogis dan pola kontekstualisasi dalam karya-karya mereka. Penelitian ini menegaskan kontribusi signifikan ulama sufi Nusantara dalam memperkaya khazanah keilmuan Islam global, khususnya dalam membangun sistem spiritual yang responsif terhadap tantangan zamannya.