Thesis
Published
POSISI IBN TAIMIYAH DARI AL-ASY’ARI TENTANG PERMASALAHAN IMAN
Abstract
Islam dan iman adalah dua unsur dalam agama. Para kalangan ulama sudah banyak
membahas eksistensi islam dan iman serta polemik di kalangan mereka, sebagaimana
yang telah disebutkan, bahwa Allah dan rasul-Nya menjelaskan bahwa Islam merupakan
bagian dari iman. Tidak dikatakan seseorang itu mukmin sampai ia menjadi muslim,
seperti halnya iman bagian dalam ihsan, maka tidak dikatakan sebagai muhsin sampai ia
menjadi mukmin. Telah terjadi perselisihan di antara para ulama dalam memaknai iman, di
antara ulama yang terkenal dari kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah, yakni Abu Al-Hasan
Asy’ari berpendapat bahwa iman adalah pembenaran. Pembenaran di dalam hati dan di
ungkapkan dengan lisan, oleh karena itu redaksi kalimat yang dipakai adalah pembenaran.
Disebutkan bahwa sebagian besar ulama yang membantah pemahaman ini mengenai iman,
di antaranya ialah Syaikhul al-Islam Ibn Taimiyah yang mengatakan bahwa iman tidak
cukup dengan pembenaran hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi harus disertai
dengan amal sebagai buah dari pembenaran.
Dari fenomena di atas peneliti ingin mengetahui posisi Ibn Taimiyah dari al-Asy’ari
dalam permasalahan iman.
Dalam kajian ini peneliti menggunakan pendekatan kalamiyah yaitu kajian
yang berpedoman pada teks-teks yang eksplisit (jelas), untuk dikomparasikan antara
mutakallimin dari sisi pandangan, teori dan penerapannya. Adapun metode yang dipakai
penulis adalah metode deskriptif guna menyingkap riwayat hidup Ibn Taimiyah dan al-
Asy’ari dan pemahaman iman dari keduanya, selain dari pada itu peneliti juga menggunakan
metode analisis untuk mendeskripsikan pemahaman tentang iman dalam pandangannya
al-Asy’ari dan Ibn Taimiyah dan menganalisis posisi Ibn Taimiyah dari al-Asy’ari dalam
permasalahan iman.
Dari kajian sederhana ini dapat diketahui bahwa pengertian iman menurut al-Asy’ari
adalah semata-mata sebagai pembenaran hati dan mengetahuinya, landasan atas perkataan
ini, berdasarkan pemahaman iman di dalam bahasa ialah pembenaran, para ahli bahasa
telah bersepakat tentang makna iman sebelum turunnya al-Qur’an ialah pembenaran dan
tidak ditemukan pemahaman lainnya selain yang disebutkan. Sedangkan pembenaran
merupakan pengibaratan atas apa yang ada di dalam hati. Jika seorang hamba terdapat
iman di dalam hatinya dan mengucapkannya dengan lisannya serta mengamalkannya maka
ia dikatakan sebagai seorang mukmin hakiki. Berangkat dari hal di atas, Ibn Taimiyah
membantah pernyataan al-Asy’ari yang merujuk pada ahli bahasa, di mana tidak diketahui
sanad yang kuat, jika pemahaman tentang iman adalah pembenaran maka itu merupakan
penggambaran Ahad dan tidak ditetapkan berdasarkan penukilan secara mutawatir,
karena tidak pernah disebutkan adanya penguat dari perkataan orang-orang Arab atas
pernyataannya, akan tetapi al-Asy’ari menyertakan dalil selain al-Qur’an. Sedangkan
kesalahan yang disebutkan Ibn Taimiyah di dalam konsep iman al-Asy’ari, sesungguhnya
tidak sampai keluar dari pandangan ulama salaf, yakni bahwa iman adalah pembenaran di
dalam hati dan mengetahuinya, akan tetapi bahwa al-Asy’ari berpandangan bahwa amal
dalam konsep iman adalah sesuatu yang eksternal dari konsep iman itu sendiri.
Akhirnya, dari penelitian yang sederhana ini, peneliti mengakui bahwasanya
penelitian ini belum mencapai tahap kesempurnaan, melainkan sebuah usaha yang masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dengan ini peneliti berharap agar peneliti selanjutnya
bisa meneliti lebih mendalam dan lebih lengkap, serta dapat memperbaiki pembahasan
lebih dari apa yang sudah didapatkan pada pembahas sekarang. walhamdulillahirabbil
‘alamiin.
Publication Details
InstitutionUniversitas Darussalam Gontor
DepartmentFakultas Ushuluddin
Item ID823
Deposited06 Nov 2020 16:30