Mukhtar, Abdul Haris (2001) السرقة في منظور الشريعة الإسلامية والقانون الجنائي الإندونيسي (دراسة مقارنة). S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.

FILE TEXT (Abdul Haris Mukhtar - PM - 2001) Abdul Haris Mukhtar - PM - 2001.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (10MB)

Abstract

Manusia adalah salah satu ciptaan Allah Swt di dunia, dan Allah memuliakan manusia dengan ciptaan yang sempurna dan meninggikan derajatnya atas makhluk lain dengan pemberian akal, fitrah, indera dan petunjuk agar manusia dapat menjalankan tugas khalifah dan pengabdian kepada Allah Swt dengan baik. Maka nilai kemanusiaan dan martabat manusia sangat terhormat dalam Islam, karena fitrah manusia yang selalu ingin hidup secara tenteram, aman, damai dan berkeadilan dalam artian tidak diganggu oleh perbuatan jahat. Namun pada kenyataannya kejahatan itu telah ada didunia ini bersama-sama dengan adanya manusia, dan kehendak untuk anya berbuat jahat inheren dalam kehidupan manusia, meski demikian upaya-upaya manusia untuk meminimalisir kejahatan tersebut telah dilakukan, baik yang bersifat preventif maupun represif. Kajian ini bermaksud mengulas masalah sanksi bagi pencuri menurut perspektif Syariat Islam dimana segala permasalahn dalam Islam berlandaskan pada Al-Qur'an dan Al-Hadits dan menurut perspektif Undang-undang Hukum Pidana yang berlandaskan pada KUHP Indonesia. Selanjutnya Penulis akan membandingkan kedua hukum tersebut untuk mengetahui sisi persamaan dan perbedaan yang ada dalam masalah tindak pidana Pencurian. Dalam Pembahasan literer tentang tindak pidana pencurian, rukun dan jenis sanksinya ini, Penulis menggunakan metode Induktif dengan cara menggeneralisasi fakta-fakta atau masalah- masalah yang konkret diantara kedua hukum tersebut kemudian menarik sebuah kesimpulan. Selain itu penulis juga menggunakan metode Deduktif untuk menganalisa ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis dan yang terdapat pada pasal-pasal KUHP, dan menjadikannya tolok ukur untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang sanksi terhadap tindak pidana pencurian menurut perspektif Hukum Islam dan KUHP Indonesia, kemudian untuk mengungkapkan sisi persamaan atau perbedaan keduanya Penulis menggunakan metode Komparatif Dari kajian sederhana ini diketahui bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam pengertian delik (pidana) dan sanksi tindak pidana pencurian menurut kedua hukum tersebut. Diantaranya menurut Hukum Islam pencurian dibagi dua menurut sanksinya, pencurian yang Sempurna (Taammah) dengan sanksi Had yaitu dengan potong tangan dan pencurian yang tidak sempurna (Ghoiru taammah) dengan sanksi berupa Tazir yaitu penjara, kurungan, denda atau dibunuh jika terbukti pencurian yang dilakukan disertai dengan pembunuhan kepada orang lain. Sedangkan dalam KUH Pidana Indonesia dibagi tiga menurut sanksinya, Pencurian ringan atau kecil dengan sanksi penjara maksimal 3 bulan, pencurian sedang atau biasa dengan sanksi penjara maksimal 5 tahun dan pencurian berat dengan penjara maksimal 7 tahun. Pencuri dapat di pidana penjara 9 tahun bila pencuriannya disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, dan 12 tahun penjara bila dilaksanakan pada malam hari, dan 15 tahun penjara bila menyebabkan kematian pada seseorang dan Pencuri juga dapat dihukum mati atau penjara seumur hidup atau penjara 20 tahun jika terbukti dalam melakukan tindakannya dilakukan dengan berencana dan bersama-sama serta menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Dan akhirnya dari kajian yang sangat sederhana ini, penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan analisa, kritik dan saran dari kelemahan-kelemahan pada sisi keilmiahan, bahasa dan metodologi pada kajian ini yang semuanya itu karena keterbatasan penulis belaka bukan karena yang lainnya. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kepada jalan kebaikan dan meridloi segala usaha kita.

View more statistics

View Item