Adan, Ahmad Fikri Mohamad (2014) DIVINE LOVE IN SUFISM ACCORDING TO WILLIAM C. CHITTICK (A Critical Analysis Study). S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.

FILE TEXT (Ahmad Fikri Bin Mohamad Adan - AFI 2014) Ahmad Fikri Bin Mohamad Adan - AFI - 2014.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (7MB)

Abstract

Mahabbah atau cinta adalah perkataan yang tidak pernah lepas dari bibir manusia dewasa. Karena cinta merupakan sebuah fitrah yang dikurniakan Allah SWT dalam diri setiap manusia. Sehingga banyak konsep islami yang menata prioritas kecintaan di dalam agama Islam. Hal ini menarik banyak intelektual untuk merumuskan definisi dan membuat pembahasan yang terkait tentang hakekat dari 'Cinta Ilahi'. Bukan hanya umat Islam, bahkan kaum Barat sekalipun(orientalis) tertarik untuk mempelajari tentang sufisme di dalam Islam. Walaupun memiliki maksud yang berbeda dengan kaum muslimin, ini menunjukkan bahwa sufisme sangat menarik untuk dijadikan bahan kajian. William Chittick, salah seorang tokoh orientalis terkenal di Amerika, telah menghabiskan sekitar sepuluh tahun usianya di Iran untuk mempelajari dan mendalami tentang sufisme. Kajiannya yang sangat serius terhadap konsep-konsep sufisme Ibnu Al-'Aroby dan Jalaluddin Al-Rumi mendapat penghargaan dari negaranya sebagai pemegang otoritas Ibnu Al-'Aroby dan Jalaluddin Al-Rumi. Meski tidak beragama Islam, namun kecenderungannya terhadap sufisme membuatnya tekad untuk menemukan konsep-konsep sufisme yang menurutnya bisa dijadikan sebagai poin penting dalam rangka mensukseskan agenda besar pluralismenya. Di antara konsep sufisme yang menarik perhatian tokoh ini adalah konsep cinta ilahi. Hal ini menarik penulis untuk memahami konsep William Chittick tentang cinta ilahi, bagaimana dia mendeskripsikan, dan akhirnya penulis mencoba untuk mengukur keobjektifan pandangannya tentang cinta ilahi. Untuk sampai kepada tujuan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan William Chittick tentang cinta ilahi dalam karya-karyanya. Kemudian dia menggunakan metode analisis untuk menganalisa isu-isu yang dikumpulkan dari cinta ilahi, dan akhirnya menggunakan metode kritis dengan menanyakan (dialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, sampai ia menemukan esensi atau kesimpulan penelitian. Setelah melakukan riset ini, penulis menyimpulkan bahwa cinta ilahi dalam pandangan Chittick merupakan gerbang penting untuk sampai kepada kesimpulan bahwa semua agama itu sama dan tidak ada orang yang berhak untuk mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Data-data yang Chittick kumpulkan selama mempelajari sufisme masih cenderung kurang objektif. Terlihat jelas bahwa Chittick dalam pembahasannya mencoba untuk memaparkan data- data yang mendukung paham pluralismenya, sedang di sisi lain pula menyembunyikan data-data yang menurutnya bakal mengganggu proyek pluralisme agamanya. Semua orang dicintai oleh Allah sejahat apapun dia. Orang yang melakukan kebaikan kepada sesama, melaksanakan segala perintah Tuhan sesuai dengan agamanya, dan mengikuti sunnah Muhammad (Muhammedan) tak kira apapun agamanya pasti akan dicintai Allah. Dari hasil penelitian diatas, penulis menyarankan kepada William Chittick agar lebih objektif dalam karya-karyanya, bukan hanya tentang cinta ilahi saja, namun juga tentang islam secara keseluruhan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini. Mudah-mudahan penelitian ini dapat ditingkatkan oleh peneliti berikutnya dan akan menjadi bagian yang berguna bagi mahasiswa Universitas Darussalam untuk memperluas wawasan ilmunya.

View more statistics

View Item