Al Ghifari, Nurwaini Sholeh (2006) التيمم عند الإمام أبي حنيفة والإمام الشافعي (دراسة مقارنة). S1 Undergraduate thesis, UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR.

FILE TEXT (Nurwaini Sholeh Al Ghifari-PM-2006) Nurwaini Sholeh Al-Ghifari - PM - 2006.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (82MB)

Abstract

Salah satu syarat syah dari ibadah adalah thoharoh. Thoharoh berarti kebersihan dan jauh dari kotoran, baik secara lahiriah maupun rohaniah. Dan Tayammum adalah salah satu pintu thoharoh. Secara Bahasa tayammum berarti menuju ke debu. Sedangkan menurut syariat, tayammum adalah mengusap debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau lainnya, sebagai ganti dari wudhu dengan syarat tidak ada air. Akan tetapi sebagian besar ulama berselisih pendapat dalam tayammum apakah ia pengganti mutlok atau dhorury, diantaranya Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i keduanya merupakan ulama besar dalam bidang Fiqh. Pendapat-pendapat mereka menjadi landasan hukum bagi sebagian besar kaum muslimin dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi didalam masyarakat. Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'l dalam tayammum, dan membandingkan antara keduanya. Jenis pembahasan ini adalah studi pustaka (literatur) dengan pendekatan. sosiology historis. Dan untuk memperoleh data-data yang diperlukan pembahas menggunakan metode pengumpulan data berikut: metode observasi, literatur dan dokumenter, kemudian metode historic. untuk mengetahui sejarah hidup Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i serta pola pikir keduanya mengenai tayammum dan dari data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan metode Induktif dalam mengambil kesimpulan tentang pemikiran mengenai tayammum, kemudian metode deduktif untuk mengetahui pengertian, syarat-syarat, rukun, sunah-sunalı serta seputar permasalahan tayamınum, dan metode komparatif untuk membandingkan pendapat kedua imam sehingga tampak jelas persamaan dan perbedaan keduanya. Dari pembahasan ini pembahas menyimpulkan bahwa mereka berdua berbeda pendapat mengenai sifat tayammum, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa tayammum adalah pengganti mutlak dari wudhu dengan dalil hadits yang diriwayatkan Abu Daud "Telah diciptakan seluruh tanah di bumi ini untukku, sebagai tempat sujut dan bersuci sehingga tayammum sebelum masuk waktu sholat diperbolehkan, sedangkan menurut Imam Syafi'i sifat tayammum adalah pengganti dhorury (sementara) dengan dalil hadits Abu Dzar yang diriwayatkan Tirmidzi "Maka apabila kamu menemukan air maka basuhlah kulitmu dengannya (air), karena itu lebih baik bagimu", sehingga tidak diperbolehkan tayammum sebelum masuk waktu sholat ketika tidak ada air. Kemudian keduanya sepakat mengenai tata cara tayammum, yaitu: dua kali pukulan, sekali untuk wajah dan sekali untuk tangan. sempai siku-siku. Singkatnya kedua imam berbeda pendapat dikarenakan perbedaan pendapat terhadap ayat tayammum, serta hadits-hadits sekitar permasalahan tayammum. Dari kesimpulan diatas pembahas mengharapkan kepada para pembaca dan peneliti yang lain untuk mengkaji dari segi yang lain yang belum terbahas dalam studi ini lebih mendalam tanpa terbatas kepada pendapat seorang atau dua orang imam Demikianlah kesimpulan yang dicapai oleh pembahas, tetapi itu semua masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka diharapkan kepada pembaca dan peneliti selanjutnya untuk dapat menyempurnakan dan meneliti yang lebih mendalam. Dan hanya dari Allah-lah inayah serta taufiq, Amin,

View more statistics

View Item