Putra, Muhammad Isnaini Huda (2000) فكرة التوحيد عند المعتزلة وابن تيمية ) دراسة مقارنة ). S1 Undergraduate thesis, Universitas Darussalam Gontor.

FILE TEXT (Muhammad Isnaini Huda Putra - SAA - 2000) Muhammad Isnaini Huda Putra - SAA - 2000.pdf - Published Version Exclusive to Registered users only License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (5MB)

Abstract

Tauhid merupakan hal terpenting dan perkara yang paling agung didalarn ajaran Islam. Lagi pula, Tauhid juga menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Aqidah Islamiyah.. Yang demikian, oleh karena sesungguhnya obyek inti atau pokok bahasan dalam Aqidah Islamiyah tersebut tidak terpusat pada kepercayaan (iman) terhadap adanya Allah semata, yang hal ini sudah menjadi fitrah manusia untuk mempercayai adanya Tuhan akan tetapi sebenarnya lebih ditekankan kepada peng-Esa-an Allah (Tauhid) yang menjadi dasar dalam Aqidah sekaligus ruh dalam Dierul Islam. Maka, manakala kita membicarakan problematika ke-Tauhidan, maka dengan sendirinya kita telah membicarakan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan peng-Esa-an Allah, baik dalam dzat-Nya, sifat-Nya, maupun fi'il (perbuatan-Nya). Dan problem inilah sebenarnya yang telah banyak menguras pemikiran para mutakallimin dan para filosof dari dulu hingga kini. Maka terjadilah kontroversi pendapat diantara mereka dalam memahami nash-nash yang berhubungan dengannya. Dan diantara para mutakallimin yang banyak membahas tentang ke-Tauhidan tersebut adalah Washil ibn 'Atho dari aliran Mu'tazilah dan Syaikhul Islam Al-Imam Ibnu Taimiyyah, salah seorang pemuka mazdhab salaf. Berangkat dari pokok pikiran diatas, pembahasan ini bertujuan mengungkap pemikiran- pemikiran Mu'tazilah dan Ibnu Taimiyyah tentang Tauhid, dengan membandingkan antara keduanya serta menyimpulkannya. Sehingga terungkap sisi-sisi persamaan dan perbedaan diantara kedua pemikiran tersebut. Asal-usul kedua golongan tersebut dan perkembangannya, pemulis paparkan dengan metode Historis. Dan metode Komperatif untuk membandingkan pemikiran-pemikiran mereka agar terungkap segi-segi persamaan dan perbedaan. Sedangkan metode Induktif, penulis memnfaatkannya untuk menyimpulkan apa-apa yang telah penulis paparkan berupa perbandingan pemikiran Tauhid menurut Mu'tazilah dan Ibnu Taimiyyah. Dari pembahasan ini, terungkap bahwa antara Mu'tazilah dan Ibnu Taimiyyah pada umumnya mereka berbeda pendapat dalam hal eksistensi sifat-sifat Allah. Mu'tazilah dalam hal ini mengingkari ketentuan adanya sifat-sifat Allah secara keseluruhan. Sedang Ibnu Taimiyyah menetapkan dan bahkan mewajibkan keberadaan semua sifat yang telah Allah tetapkan didalam Kitab-Nya dan didalam sunnah Rasul-Nya terhadap diri-Nya. Mu'tazilah juga menganggap bahwa ru'yat (yaitu, melihat dzat Allah) dengan mata kepala di hari akhirat kelak merupakan hal yang mustahil adanya. Namun Ibnu Taimiyyah berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa hal tersebut wajib untuk diyakini adanya. Adapun pendapat Mu'tazilah tentang al-Qur'an, bahwasanya al-qur'an adalah makhluk Allah yang tidak qadim. Hal ini berseberangan dengan pendapat Ibnu Taimiyyah yang menyatakan bahwa al-Qur'an adalah Kalam Allah yang telah diturunkan-Nya dan ia bukan merupakan makhluk. Sedang dalam hal ta'wil sifat-sifat Allah yang terdapat dalam nash, secara umum Mu'tazilah lebih mengandalkan daya nalar akal mereka untuk memahaminya daripada mendahulukan nash tersebut. Sedang Ibnu Taimiyyah lebih memilih untuk bersikap tawagguf dalam memahaminya serta menyerahkan hakikat arti ta'wil nash tersebut kepada Allah. Adapun kesamaan pendapat antara keduanya tercermin dalam sikap Ibnu Taimiyyah yang menyatakan; "menetapkan tanpa menyerupakan dan mensucikan tanpa meniadakan". Dalam masalah ini keduanya berorientasi pada tanzili dan berusaha menetapkan kemahasempurnaan Allah. Akhirnya penulis mengharapkan, bahasan ini merupakan kontribusi dalam wacana pemikiran Kalam Untuk itu kepada peneliti lanjut diharapkan untuk mengkajinya lebih mendalam.

View more statistics

View Item