Muhammad Cholidi, Fiqih (2017) SEYYED HOSSEIN NASRON ISLAM AND SCIENCE. D4 Diploma thesis, University of Darussalam Gontor.
FILE TEXT
342211271-File Seluruh Skripsi.pdf Download (1MB) |
Abstract
Sains dan agama adalah dua variabel yang hangat diperbincangkan oleh para ilmuwan kontemporer. Hubungan keduanya pun menjadi hal yang patut untuk didiskusikan. Sebagaimana dijelaskan oleh John F. Haught, bahwa hubungan antara agama dansains melewati empat fase, yaitu, konflik, kontras, kontak, dan konfirmasi. Di antara keempat fase ini, John F. Haught sendiri berada di posisi konfirmasi. Begitu juga Seyyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan dan filsuf Muslim, berada di posisi yang sama dengan John. Hal ini diketahui dari konsep sains miliknya yang dikenal dengan Scientia Sacra. Konsep sains inilah yang menjadi hal unik dari konsep konfirmasi atau integrasi sains dengan agama, khususnya Islam. Walaupun dalam tubuh Islam tidak terdapat konflikantara keduanya, namun konflik baru muncul di antara hubungan keduanya yang disebabkan oleh karakteristik sains modern yang menimbulkan banyak krisis multidimensi. Hal inilah yang memicu sikap umat Islam yang acuh tak acuh terhadap sains.Dari permasalahan di atas, pembahas ingin mengungkap model Seyyed Hossein Nasr dalam mengintegrasikanIslam dengan sains yang menyebabkan krisis multidimensi tersebut, sehingga umat Islam tidak memiliki alasan untuk menjauhkan diri dari sains.Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif yang berorientasi pada kajian pustaka. Tulisan Nasr dianalisis berdasarkan pendekatan filosofis, yaitu bagaimana implikasi-implikasi pemikiran Nasr ketika mencoba menghubungkan antara Islam dan sains yang diidentifikasi sebagai doktrin kosmologi dan filsafat perennial.Dalam kaitannya dengan Islam dan sains, Nasr memiliki model tersendiri dalam mengintegrasikan Islam dan sains. Modelnya sendiri berangkat dari doktrin kosmologi yang ia anggap sebagai obat dari paradigma sains modern: sempit, gelap, dan terpecah. Ia berpendapat bahwa kosmologi memiliki karakteristik sehingga dianggap sebagai obat, yaitu menghimpun semua pengetahuan yang terpecah-pecah menjadi satu kesatuan, menyingkap hakikat dan merumuskannya secara sistematis, danmerombak sekat-sekat yang ditimbulkan ilmu pengetahuan. Modelnya dalam mengintegrasi sains dan Islam adalah dengan merubah paradigma sains modern menjadi paradigma sains miliknya yang dikenal dengan Scientia Sacra. Scientia Sacra sendiri lahir dari pandangannya dalam melihat sains yang seharusnya. Menurut Nasr, sains seharusnya berhubungan langsung dengan wahyu dan ajaran metafisika yang menyingkap Realitas Absolut sebagai sumber dari segala hal. Pandangannya dalam melihat sains berasal dari pandangannya secara menyeluruh tentang Islam. Islam menurutnya bukan sekedar nama agama saja, akan tetapi Islam merupakan jalan hidup yang mengatur kehidupan seluruh umat manusia. Maka, sains tidak akan bisa terpisahkan dari Islam dan harus mengikuti prinsip-prinsip dalam Islam mengingat sains juga merupakan salah satu sisi kehidupan manusia. Karena sains merupakan salah satu sisi kehidupan manusia, maka tidak sepantasnya bagi umat Islam untuk acuh tak acuh terhadap sains. Akhir kata, pembahas berharap kepada seluruh generasi muda Muslim lebih banyak belajar untuk mengembalikan pandangan Muslim sekarang kepada tradisi yang diwariskan Rasulullah SAW. Maka, salah satu cara untuk mengembalikannya adalah dengan sains dan teknologi, karena kehidupan ketergantungan manusia pada keduanya sangatlah kuat
Item Type: | Thesis ( D4 Diploma ) |
---|---|
Subjects: | D History General and Old World > D History (General) > D051 Ancient History D History General and Old World > D History (General) Q Science > Q Science (General) |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor > Aqidah Filsafat Islam |
Depositing User: | Mr Muhammad Taufiq Riza |
Date Deposited: | 03 Nov 2020 09:20 |
Last Modified: | 01 Oct 2024 12:44 |
URI: | http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/482 |
Statistics Downloads of this Document
View Item |