Amtsâl al-Qur’ân secara umum difahami sebagai makna suatu gambaran yang memberikan penjelasan dari hal ghaib yang sulit difahami dengan cara permisalan atau sindiran. Dimana amtsâl al-Qur’ân tidak disyaratkan mengandung suatu keanehan. Namun, Zamaksyari memahami amtsâl dengan pengertian sebaliknya, yaitu adanya keanehan menjadi syarat amtsâl al-Qur’ân, karena ia merupakan ahli sastra yang memahami amtsâl al-Qur’ân seperti permisalan arab lainnya. Dan apakah ada perbedaan antara amtsâl al-Qur’ân yang Allah permisalkan dengan amtsâl yang dipermisalkan oleh manusia? Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui rahasia dibalik amtsâl al-Qur’an menurut Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasyaf. Untuk memecahkan masalah akademik dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode literatur karena merujuk pada buku literatur tentang amtsâl al-Qur’ân dan menggunakan metode deskriptif analisis untuk memaparkan tentang teori amtsâl al-Qur’ân dan penafsiran zamakhsyari pada ayat yang mengandung amtsâl kemudian menggambil kesimpulan dari apa yang dianalisa. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan balaghah permisalan. Dari pembahasan mengenai rahasia dibalik amtsâl al-Qur’an menurut Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasyaf dapat dipaparkan bahwasannya terdapat dua rahasia. Pertama, matsâl al-Qur’an yang memisalkan suatu perkara secara berulang kali sebagai penjelasan secara menyeluruh mulai yang sederhana kepada yang lebih rumit dan detail. Kedua, bermacam-macamnya matsâl al-Qur’an yang dipermisalkan dengan hewan, manusia dan benda mati, semuanya dapat terekam baik oleh panca indra manusia untuk memudahkan mereka berfikir, karena amtsâl al-Qur’an tidak akan difahami kecuali oleh orang berakal dan berilmu. Dari penelitian yang sederhana ini, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, peneliti mengharapkan kepada peneliti yang lainnya untuk dapat mengembangkan penelitian ini supaya lebih bernilai. ‫