Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, memiliki permintaan tinggi terhadap produk unggas yang halal dan aman dikonsumsi. Penelitian ini mengkaji peran triple helix (pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha) dalam pengembangan industri halal pada Rumah Potong Unggas (RPU) di Kabupaten Ponorogo. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui focus group discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan dari Kementerian Agama Ponorogo, Dinas Peternakan, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), lembaga pendidikan seperti Universitas Darussalam Gontor dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, serta pelaku usaha RPU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah, melalui Kementerian Agama, diharapkan menyelenggarakan pelatihan terstruktur terkait penyembelihan halal dan sertifikasi juru sembelih halal (JULEHA). BPJPH perlu meningkatkan sosialisasi, pendampingan, dan pendanaan untuk mempermudah sertifikasi halal, serta menyederhanakan prosedur dan melakukan audit berkala. Dinas Peternakan diharapkan aktif dalam edukasi pemilihan hewan unggas sehat dan pendampingan teknis untuk memenuhi persyaratan Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Pelaku usaha RPU diharapkan memahami pentingnya sertifikasi halal dan memenuhi persyaratan untuk menjamin produk halal. Akademisi berperan dalam edukasi, pelatihan, dan pendampingan penyusunan dokumen sertifikasi. Dengan demikian, kolaborasi triple helix menjadi kunci dalam pengembangan industri halal RPU di Ponorogo, di mana setiap pihak harus menjalankan perannya sesuai kapabilitas berdasarkan hasil evaluasi FGD.