Search for collections on UNIDA Gontor Repository

‫اجلوزية‬ ‫م‬ ‫قي‬ ‫ابن‬ ‫عند‬ ‫بالسعادة‬ ‫عالقتها‬ ‫و‬ ‫انلفس‬ ‫تزكية‬ ‫الصوفية)‬ ‫(دراسة‬ ‫العقيدة‬ ‫قسم‬ ‫يف‬ ‫املاجستري‬ ‫درجة‬ ‫ىلع‬ ‫للحصول‬ ‫مقدمة‬ ‫رسالة‬ ‫اإلسالمية‬ ‫والفلسفة‬

Irawan,, Dedy (2020) ‫اجلوزية‬ ‫م‬ ‫قي‬ ‫ابن‬ ‫عند‬ ‫بالسعادة‬ ‫عالقتها‬ ‫و‬ ‫انلفس‬ ‫تزكية‬ ‫الصوفية)‬ ‫(دراسة‬ ‫العقيدة‬ ‫قسم‬ ‫يف‬ ‫املاجستري‬ ‫درجة‬ ‫ىلع‬ ‫للحصول‬ ‫مقدمة‬ ‫رسالة‬ ‫اإلسالمية‬ ‫والفلسفة‬. S2 Masters thesis, Universitas Darussalam Gontor.

[img] FILE TEXT
Dedy.pdf

Download (1MB)

Abstract

Jiwa (nafs) adalah ruh, ia esensinya adalah satu namun secara sifat ia terbagi menjadi tiga. Ia memiliki hubungan erat dengan hati fisik, karena itu berasal dari percikan cahaya ilahi, karenanyaia adalah esensinya manusia. Ia memiliki kemampuan untuk condong kepada kebaikan atau kejahatan. Kadang ia lembut dan keras, kadang ia senang dan sedih, kadang juga ia sabar dan gelisah. Ia memiliki kondisi yang berbolak-balik. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa jiwa itu diciptakan dengan kekurangan dan tidak sempurna, tetapi ia akan menjadi sempurna dengan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan penyempurnaan akhlak dengan ilmu serta amal. Karena itu, jika seseorang memegang kendali dirinya dan diarahkan ke jalan kebaikan, ia akan menerima kebahagiaan jiwa, di mana kebahagiaan yang tertinggi dan terbesarnya adalah “kebahagiaan hati dalam pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah),” akan tetapi jika ia mengikuti hawa nafsunya, ia akan kecewa dan sengsara. Dari permasalahan tersebut penulis akan berusaha memecahkan bagaimana sebenarnya penyucian jiwa dalam pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, serta hubungannya terhadap kebahagiaan hati. Penelitian ini termasuk pada penelitian Tasawuf (al-Dirosah al-Sufiyah), dalam kajian kepustakan, yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami penyucian jiwa dan hubungannya dengan hakikat kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan kemudian menganalisa dengan beberapa tokoh sufi. Oleh sebab itu, dalam metodenya penulis menggunakan metode deskriptif- analisis. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana penyucian jiwa dan kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan metode analisis untuk menganalisa bagaimana penyucian jiwa dan hubungannya dengan kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan apakah penyucian jiwa menurut Ibnu Qayyim sama dengan para tokoh sufi lainnya, serta bisakah menghantarkan seseorang terhadap kebahagiaan. Dari hasil penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan; Pertama: Penyucian jiwa menurut Ibnu Qayyim bukan hanya untuk menyucikan jiwa manusia saja tapi juga aqidahnya, karena syirik merupakan najis dan kotoran yang terberat dalam penyuciannya, Kedua: Pendekatan dan metode Ibnu Qayyim dalam penyucian jiwa yakni dengan takhalli (pengosongan jiwa) dari segala kotoran-kotoran dosa dan tahalli (pengisian jiwa) dengan ketaatan kepada Allah berupa amalan-amalan utama untuk mencapai kesempurnaan jiwa dan kebahagiaan. Ketiga: kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim adalah keinginan dan kegemaran seseorang dalam melakukan segala hal yang bermanfaat bagi hidup dan matinya. Kemudian ia membagi kebahagiaan menjadi tiga macam: Pertama: kebahagiaan di luar diri manusia seperti halnya kebahagiaan harta dan hidup. Kedua: kebahagiaan fisik seperti halnya kesehatan, temperamen, dan proporsi anggota dan komposisi yang baik, dan kemurnian warna, dan kekuatan anggotanya. Dan yang ketiga: kebahagiaan hati spiritual (nafs) seperti halnya kebahagiaan ilmu yang bermanfaat, yang mana kebahagiaan tertinggi dan terbesarnya adalah kebahagiaan hati dalam mengetahui Allah (ma’rifatullah). Imam Ibn Qayyim menekankan bahwa tiga kebahagiaan ini terkait satu sama lain untuk mencapai kebahagiaan sepenuhnya, yaitu “ kebahagiaan pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah)”. Keempat: Adapun dalam pandangan Imam Ibn Qayyim hubungan penyucian jiwa dengan kebahagiaan jiwa yang mana puncaknya adalah ma’rifatullah, sangat erat sekali hubungannya. Hal ini dikarenakan hati ibarat cermin yang di dalamnya terdapat hukum kausalitas (sebab akibat), semakin cermin hati dibersihkan dari kotoran karat dosa maka gambar Arsy-Nya akan semakin jelas dan nampak sehingga mengantarkan kepada ma’rifatullah. Semakin cermin hati dibersihkan dari karat-karat dosa dengan ketaatan kepada Allah, maka ma’rifatullah akan lebih banyak. Sehingga hal ini membutuhkan proses penyucian jiwa (tazkiyatu an-nafs) untuk mencapai hati yang bersih dari karat dosa. Hal ini dikarenakan ma’rifatullah tidak mungkin bertempat di dalam hati yang kotor dari dosa dan syahwat karena mereka merupakan penutup dan penghalang ma’rifatullah. Karena itu, Allah menciptakan hati yang tujuannya untuk mengenal-Nya dan menjadikannya tempat pengetahuan-Nya (ma’rifatullah), selama hati itu bersih dari kotoran dosa dan syahwat. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Karenanya, penulis mencoba merekomendasikan peneliti lain untuk menganalisis konsep-konsep penyucian jiwa serta hubungannya terhadap kebahagiaan. dari perspektif tasawuf. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki segala kesalahpahaman terhadap kebahagiaan yang selalu dipandang dengan materi, dan untuk menunjukan bahwa kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan hati dan itu tidak bisa dicapai kecuali dengan merealisasikan penyucian jiwa terlebih dahulu.Jiwa (nafs) adalah ruh, ia esensinya adalah satu namun secara sifat ia terbagi menjadi tiga. Ia memiliki hubungan erat dengan hati fisik, karena itu berasal dari percikan cahaya ilahi, karenanyaia adalah esensinya manusia. Ia memiliki kemampuan untuk condong kepada kebaikan atau kejahatan. Kadang ia lembut dan keras, kadang ia senang dan sedih, kadang juga ia sabar dan gelisah. Ia memiliki kondisi yang berbolak-balik. Oleh karena itu, jelas sekali bahwa jiwa itu diciptakan dengan kekurangan dan tidak sempurna, tetapi ia akan menjadi sempurna dengan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan penyempurnaan akhlak dengan ilmu serta amal. Karena itu, jika seseorang memegang kendali dirinya dan diarahkan ke jalan kebaikan, ia akan menerima kebahagiaan jiwa, di mana kebahagiaan yang tertinggi dan terbesarnya adalah “kebahagiaan hati dalam pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah),” akan tetapi jika ia mengikuti hawa nafsunya, ia akan kecewa dan sengsara. Dari permasalahan tersebut penulis akan berusaha memecahkan bagaimana sebenarnya penyucian jiwa dalam pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, serta hubungannya terhadap kebahagiaan hati. Penelitian ini termasuk pada penelitian Tasawuf (al-Dirosah al-Sufiyah), dalam kajian kepustakan, yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami penyucian jiwa dan hubungannya dengan hakikat kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan kemudian menganalisa dengan beberapa tokoh sufi. Oleh sebab itu, dalam metodenya penulis menggunakan metode deskriptif- analisis. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana penyucian jiwa dan kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan metode analisis untuk menganalisa bagaimana penyucian jiwa dan hubungannya dengan kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan apakah penyucian jiwa menurut Ibnu Qayyim sama dengan para tokoh sufi lainnya, serta bisakah menghantarkan seseorang terhadap kebahagiaan. Dari hasil penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan; Pertama: Penyucian jiwa menurut Ibnu Qayyim bukan hanya untuk menyucikan jiwa manusia saja tapi juga aqidahnya, karena syirik merupakan najis dan kotoran yang terberat dalam penyuciannya, Kedua: Pendekatan dan metode Ibnu Qayyim dalam penyucian jiwa yakni dengan takhalli (pengosongan jiwa) dari segala kotoran-kotoran dosa dan tahalli (pengisian jiwa) dengan ketaatan kepada Allah berupa amalan-amalan utama untuk mencapai kesempurnaan jiwa dan kebahagiaan. Ketiga: kebahagiaan menurut Ibnu Qayyim adalah keinginan dan kegemaran seseorang dalam melakukan segala hal yang bermanfaat bagi hidup dan matinya. Kemudian ia membagi kebahagiaan menjadi tiga macam: Pertama: kebahagiaan di luar diri manusia seperti halnya kebahagiaan harta dan hidup. Kedua: kebahagiaan fisik seperti halnya kesehatan, temperamen, dan proporsi anggota dan komposisi yang baik, dan kemurnian warna, dan kekuatan anggotanya. Dan yang ketiga: kebahagiaan hati spiritual (nafs) seperti halnya kebahagiaan ilmu yang bermanfaat, yang mana kebahagiaan tertinggi dan terbesarnya adalah kebahagiaan hati dalam mengetahui Allah (ma’rifatullah). Imam Ibn Qayyim menekankan bahwa tiga kebahagiaan ini terkait satu sama lain untuk mencapai kebahagiaan sepenuhnya, yaitu “ kebahagiaan pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah)”. Keempat: Adapun dalam pandangan Imam Ibn Qayyim hubungan penyucian jiwa dengan kebahagiaan jiwa yang mana puncaknya adalah ma’rifatullah, sangat erat sekali hubungannya. Hal ini dikarenakan hati ibarat cermin yang di dalamnya terdapat hukum kausalitas (sebab akibat), semakin cermin hati dibersihkan dari kotoran karat dosa maka gambar Arsy-Nya akan semakin jelas dan nampak sehingga mengantarkan kepada ma’rifatullah. Semakin cermin hati dibersihkan dari karat-karat dosa dengan ketaatan kepada Allah, maka ma’rifatullah akan lebih banyak. Sehingga hal ini membutuhkan proses penyucian jiwa (tazkiyatu an-nafs) untuk mencapai hati yang bersih dari karat dosa. Hal ini dikarenakan ma’rifatullah tidak mungkin bertempat di dalam hati yang kotor dari dosa dan syahwat karena mereka merupakan penutup dan penghalang ma’rifatullah. Karena itu, Allah menciptakan hati yang tujuannya untuk mengenal-Nya dan menjadikannya tempat pengetahuan-Nya (ma’rifatullah), selama hati itu bersih dari kotoran dosa dan syahwat. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Karenanya, penulis mencoba merekomendasikan peneliti lain untuk menganalisis konsep-konsep penyucian jiwa serta hubungannya terhadap kebahagiaan. dari perspektif tasawuf. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki segala kesalahpahaman terhadap kebahagiaan yang selalu dipandang dengan materi, dan untuk menunjukan bahwa kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan hati dan itu tidak bisa dicapai kecuali dengan merealisasikan penyucian jiwa terlebih dahulu

Item Type: Thesis ( S2 Masters )
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc
Divisions: Pascasarjana Magister UNIDA Gontor > Magister Aqidah dan Filsafat Islam
Depositing User: Mr Muhammad Taufiq Riza
Date Deposited: 07 Nov 2020 22:35
Last Modified: 03 Oct 2024 03:05
URI: http://repo.unida.gontor.ac.id/id/eprint/859

Statistics Downloads of this Document

Downloads per month in the last year

View more statistics

 View Item View Item