Pada tahun 2023-2024 krisis kemanusiaan di Gaza kembali meningkat akibat serangan militer pedang besi Israel yang dinilai tidak manusiawi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penanganan PBB terhadap krisis kemanusiaan di Gaza 2023-2024. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis yang menerapkan pendekatan studi literatur. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data berupa pengumpulan data, reduksi data, teknik penyajian, dan kesimpulan. Sementara pengumpulan data menggunakam teknik studi pustaka (Library Research) yang bersumber dari buku, jurnal, website resmi, dokumen, dan laporan internasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kegagalan PBB dalam mewujudkan misi perdamaian dunia, dilihat melalui konsep perdamaian dunia, variabel dari teori Liberalisme Republikan, yaitu; Stabilitas dan keamanan internasional dalam peningkatan jumlah pengungsi menyebabkan tekanan terhadap negara penerima dan mengakibatkan instabilitas internasional. Kerjasama dalam menangani masalah global pada badan dibawah PBB seperti UNRWA, WHO, dan UNICEF, ketidakadilan dalam penurunan pasukan perdamaian PBB, ketidakmampuan PBB dalam membangun kerjasama di bidang yudikatif, seperti dengan ICC, ketidakmampuan negosiasi PBB dalam kerjasama membuka blokade di Mesir. Penerapan demokrasi ialah terhadap hak veto yang menghambat penerapan resolusi DK PBB. Penguatan HAM pada jumlah korban jiwa di Gaza yang meningkat signifikan. Peningkatan peran institusi ialah pada kewenangan PBB yang tidak mampu menyelesaikan krisis kemanusiaan di Gaza. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai bagaimana PBB sebagai institusi internasional yang berkewajiban menjaga perdamaian internasional telah gagal dalam mewujudkan misi perdamaian dunia, dilihat melalui penanganan terhadap krisis kemanusiaan di Gaza 2023-2024.