Thesis
Published
TRADISI SADRANAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP AQIDAH MASYARAKAT DESA PAKIS KABUPATEN MAGELANG
Abstract
Masyarakat Jawa di Indonesia tidak jauh dari Tradisi dilestarikan oleh masyarakat
Jawa. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan salah satunya adalah Tradisi Sadranan.
Tradisi Sadranan di Gunung Balak merupakan Tradisi yang masih rutin dilakukan oleh
masyarakat sekitar Gunung Balak yaitu masyarakat desa pakis. Dalam tradisi yang sudah
bertahun tahun ini di laksakanan satu kali setiap tahunnya yang bertepatan pada bulan
Suro ( kalender Jawa) atau bulan Muharram (Kalender Islam). Acara Tradisi sadranan
adalah sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat atas segala nikmat Allah. Di dalam
Tradisi Sadranan di Gunung Balak terdapat dua prosesi ritual yaitu dengan cara Islam
dan cara Kejawen. Tradisi Sadranan ini di percaya memberikan pengaruh terhadap aqidah
masyarakat. Di dalam upacara Tradisi Sadranan sebagian dari pengikut Tradisi Sadranan
mendatangi tempat untuk ritual sesaji dan pembakaran kemenyan bagi yang menghajatkan
sesuatu. Tetapi paham paham Animisme dan Dinamisme sudah meredup di kalangan
masyarakat jawa.
Peneliti memilih penelitian ini bertujuan untuk memperluas wawasan tentang Tradisi
Sadranan dan pengaruhnya terhadap aqidah masyarakat.
Peneliti menggunakan pendekatan Fenomenologi (Phenomenological Approach)
metode deskriptif kualitatif, yakni penelitian dilakukan di desa Pakis Kabupaten Magelang
di mulai 7 oktober 2018 hingga 23 Maret 2019. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi anailisi data menggunakan metode desktipitif,
dan analisis dan metode induktif.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa tradisi sadranan ada tiga proses yaitu pra
sadranan, ketika acara sadranan dan pasca Sadranan.Di dalam pra Sadranan masyarakat
mempersiapkan menu menu makanan yang akan disajikan dan pembersihan jalan jalan
desa. Dalam prosesi Sadranan ritual secara Kejawen yaitu dengan sesaji dan kemenyan.
Dalam prosesi Kejawen terdapat sesaji atau makanan khusus yaitu ayam, tumpeng, pisang
raja, lumbu, umbi umbian dan buah buahan lainya. Dalam pembakaran kemenyan tidak
ada maksud khusus dan doa khusus karena kemenyan adalah dianggap hanya sebagai
wewangian. cara ritual Islam dengan doa doa Tahlil yang di pimpin oleh seorang Kyai
doa dan Tahlil dikirimkan kepada Nabi Muhammad, Syeh Abdul Qadir Jaelani, dan Syeh
Syubakir. Kedua ciri khas inilah yang menjadikan salah satu tawasulnya masyarkat kepada
Syeh Syubakir, karena kesalehannya dan karena kedekatanya dengan Allah swt. Dan
Tradisi ini memberikan beberapa pengaruh terhadap masyarakat namun dengan pengaruh
terhadap aqidah masyarakat tidak ada. Hasil wawancara bahwa dengan Tradisi ini tidak
medatangkan nasib baik dan mendatangkan rezekinya karena masyarakat percaya bahwa
nasib dan rezeki itu adalah sudah di tangan Allah swt. Pengaruh terhadap masyarakat di sisi
lain salah satunya menguatkan kerukunan antar sesama muslim, membangun nilai ukhuwah
Islamiyah, mempererat tali silaturahmi dan mendekatkan saudara yang jauh menjadi dekat
Karena terbatasnya ruang dan waktu, peneliti merasa masih banyak kekurangan.
Untuk itu peneliti berharap agar ada penelitian yang melengkapi kajian ini. Semoga
penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Publication Details
InstitutionUniversitas Darussalam Gontor
DepartmentFakultas Ushuluddin
Item ID837
Deposited07 Nov 2020 13:05